Monday, April 29, 2024
HomeArtikelMy JourneyTujuh Hari Puasa Mengeluh

Tujuh Hari Puasa Mengeluh

Mengeluh?

Sepertinya tidak perlu kita rumuskan lagi definisi kata ini. Uniknya, terkadang, bahkan sering tidak disadari bahwa kata-kata, ekspresi raut wajah, gesture dan bahasa tubuh kita semuanya bermakna: keluh kesah.

Salah satu studi psikologi mengenai afek (perasaan) menyatakan bahwa emosi cenderung muncul sebagai reaksi awal terhadap stimulus (lingkungan). Selanjutnya dalam hitungan detik, bahkan sebenarnya hampir bersamaan adalah proses evaluasi yang memungkinkan perubahan emosi atau semakin menguatkan. Proses ini disebut sebagai online processing oleh Anderson & Hubert (1963 dalam Neuman, Marcus, Crigler, Mackuen, 2007).

Studi mengenai perasaan tersebut sebenarnya mengakui kebutuhan setiap orang untuk mengeluarkan perasaannya alias curhat. Meski demikian, perlu kita cermati, bahwa studi ini secara implisit juga menyatakan (mengingatkan) bahwa alasan rasional akan selalu dapat dihadirkan.

Mari bayangkan jika kita memiliki seorang kawan yang dalam setiap pertemuan – pesta akhir tahun, meeting, jam makan siang, cafe – juga chatting, sms dan telepon, tema yang ada adalah derita. Bos yang selalu mengejar target bulanan, ban mobil bocor, meeting yang menjemukan, jam lembur panjang, anak yang ngambek, dst.. . Seakan ia satu-satunya orang yang menderita di dunia. Ia pun akan dengan penuh dramatis menepis curhat balasan dengan, “Itu sih masih belum seberapa, saya niih…”

Hmmm taraf tak sadar ini akan tampil seperti hobi, kecanduan atau lebih tepatnya: kebiasaan. Gordon (2008) menyarankan siapapun yang merasakan tanda-tanda seperti di atas untuk memeriksa diri sendiri dalam paket kuis sederhana. Konsultankarir.com telah mengadaptasi sehingga Anda dapat mencobanya di http://konsultankarir.com/2011/01/16/blog/kuis-dan-tes/kuis-apakah-saya-suka-mengeluh/

Oke, selanjutnya bagaimana?

Gordon juga merancang paket puasa tanpa mengeluh dalam satu minggu. Terapi mandiri ini bertujuan untuk membantu mengenali dan menyadari kekuatan kata dan pikiran negatif kita selama ini. Mari kita cermati:

Tujuh Hari Puasa Mengeluh

Hari 1: Mengamati kata dan pikiran. Amati lekat-lekat sebanyak mungkin kata dan pikiran yang hadir dalam satu hari ini. Bersiaplah untuk kejutan besar dari diri sendiri.

Hari 2: Tulis daftar nikmat. Pagi hari saat bangun tidur, tuliskan hal-hal yang patut Anda ucap kata syukur atau terima kasih. Jika tiba-tiba terselip godaan untukmengeluh, fokuskan kembali pikiran untuk mencari hal-hal di atas.

Hari 3: Ucapkan (verbal) rasa syukur sepanjang hari. Ketika bangun di pagi hari, ucapkan rasa syukur atau terima kasih hingga Anda dapat mendengarnya sendiri (tidak perlu berteriak). Ucapkan dengan mengingat daftar nikmat yang Anda susun di hari 2, hingga ucapan terima kasih itu bermakna.

Hari 4: Fokus positif. Hari ini, fokuskan seluruh perhatian pada hal-hal yang positif. Selalu akan hadir sisi tidak menyenangkan atau buruk, coba abaikan dan perhatikan sisi baiknya. Fokuslah pada apa yang telah Anda raih, bukan apa yang harus dilakukan.

Hari 5: Memulai jurnal sukses. Tulislah semua interaksi, keberhasilan (kecil atau besar), kejadian dan hal yang menyenangkan sepanjang hari ini. Lakukan hingga menjelang tidur di malam hari.

Hari 6: Lepaskanlah. Tulis hal-hal yang ingin Anda keluhkan. Cermati daftar keluhan lalu tentukan mana yang mampu diatasi dan yang berada di luar kemampuan Anda. Tuliskan alternatif solusi pada daftar yang mampu ditangani, dan tulis kata “menyerah” atau “sudahlah” pada daftar yang di luar kemampuan.

Hari 7: Bernafaslah. Luangkan waktu 10 menit untuk diam. Fokuskan perhatian Anda pada tarikan nafas. Anda juga dapat mengiringinya dengan melantunkan doa atau meditasi serta mengubah stress menjadi energi positif. Kapanpun Anda mengalami stress dan ingin berkeluh-kesah, berhentilah, dan ‘bernafaslah’ selama 10 menit. Hitung tarikan nafas dan nikmat yang Anda miliki dalam hidup ini.

Tertarik mencoba?

Semoga bermanfaat 🙂

Sumber:

  • Gordon, Jon (2008) The no complaining rule: positive ways to deal with negative work. New Jersey; John Wiley & Sons, Inc
  • Neuman, W. Russel, Marcus, George E., Crigler, Ann N., MacKuen, Michael (2007) The affect effect: dynamics of emotion in political thinking and behavior. Chicago; The University of Chicago Press
Previous article
Next article
Tyas
Tyas
Career Coach & HR Consultant - "Mind is Magic"
RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments

konsultankarir on Pilihan, Memilih or Stuck
konsultankarir on Bingung S2
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Memilih Jurusan S2 yang Tepat
konsultankarir on Gagal tes psikotest
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Sulit mendapatkan pekerjaan
konsultankarir on Wawancara dan Psikotest
konsultankarir on Kuis:Career Engager
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Selalu Gagal dalam Interview
konsultankarir on Interview Magic
konsultankarir on Pindah Tempat Kerja
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Psikotes Menggambar
konsultankarir on Memilih Jurusan S2 yang Tepat
konsultankarir on Memilih Jurusan S2 yang Tepat
konsultankarir on Bingung S2
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
Angelina Tria Puspita Rini on Memilih Jurusan S2?!
Lisa on Bingung S2
Fiviiya on Psikotes Menggambar
Wendi Dinapis on Memilih Jurusan S2?!
hasenzah on Memilih Jurusan S2?!
yulida hikmah harahap on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
Galuh Rekyan Andini on Memilih Jurusan S2?!
burhanuddin on Memilih Jurusan S2?!
Dian Camellyna on Kuis:Career Engager
ABDUL RAHMAN on Wawancara dan Psikotest
Melva Ronauli Pasaribu on S1 Teknik Informatika S2 Bagusnya Apa?
Faradillah Rachmadani M.Nur on Memilih Jurusan S2?!
Taufik Halim on Memulai Bisnis Fotografi
Edo on Bingung S2
konsultankarir on Profesi yang sesuai
konsultankarir on Bingung S2
yaya on Bingung S2
konsultankarir on Memilih karir
dewi on Pindah kerja
konsultankarir on Memilih Jurusan S2 yang Tepat
dewi on Pindah kerja
Tyas on ILKOM atau MTI
hary on ILKOM atau MTI
Kiki Widia Martha on Buku ‘My Passion, My Career’
jalil abdul aziz on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
Nono Suharnowo on Bagaimana agar produktif?
syukri on Jujur atau tidak?
Nida shofiya on Bingung pilih fakultas
abdul madjid on Gagal tes psikotest
abdul madjid on Gagal tes psikotest
Aris on Tujuan karir
NURANI on Tujuan karir
dede on Tujuan karir
Rika on Tujuan karir
Djoko triyono on Sulit mendapat pekerjaan
marco on E-mailku unik!
Efik on Memilih karir
noer hasanah on Berminat ke NGO Asing
ilah susilawati on Status dan jenjang karir
yusi bayu dwihayati on Berpindah Karir di Usia 32
dino eko supriyanto on Menyiapkan Business Plan
Gunawan Ardiyanto on 10 Biang Bangkrut UKM
Nahdu on Table Manner
krisnadi on 10 Biang Bangkrut UKM
rani on Table Manner
yuda_dhe on Table Manner
Putrawangsa on Memilih Jurusan S2?!
aira on Time Management
Emi Sugiarti on Sudahkah Anda Peduli?
fitria on Table Manner
Ardiningtiyas on Menuju 'Incompetency Level'
Sri Ratna Hadi on Dari Penjahit ke Penulis
monang halomoan on Program SDM tahunan
merlyn on Ayo, Kreatif!
Silvester Balubun on Table Manner
Avatara on Istimewanya Rasberi
vaniawinona on Table Manner
defianus on Tips Negoasiasi Gaji
Dewi Sulistiono on Meniti Sebatang Bambu
Rena on Tersadar…
Dendi on Ayo, Kreatif!
Denni on Menemukan Mentor