Thursday, October 3, 2024
HomePerspectiveArtikelPertimbangan Sebelum Melakukan Double Job

Pertimbangan Sebelum Melakukan Double Job

Kondisi perekonomian akhir-akhir ini memang tidak terlalu bersahabat. Kita sering mendengar berita-berita tentang PHK. Apakah sudah saatnya kita bersiap-siap?

Well, dalam kondisi apa pun juga, tidak ada yang bisa menjamin kelangsungan sebuah pekerjaan. Seorang karyawan tidak punya kuasa untuk kepastian karirnya di suatu perusahaan. Bisa saja sewaktu-waktu dia kehilangan pekerjaan karena berbagai alasan. Salah satu cara yang banyak dilakukan orang untuk mengantisipasi hal tersebut adalah melakukan pekerjaan ganda (double job).

Dengan memiliki sebuah pekerjaan atau kegiatan lain di luar pekerjaan utama, kita tidak terlalu tergantung seratus persen pada pekerjaan kita. Sehingga, misalnya, dalam kondisi krisis seperti ini, kemungkinan besar tidak ada dari kita yang menikmati kenaikan gaji. Nah, apabila kita sudah memiliki cadangan yang lain, setidaknya kita bisa merasa lebih tenang, tidak terlalu stress menghadapinya.

Namun hati-hati, tentu saja untuk melakukan double job harus ada pengorbanan. Hal-hal apa saja yang harus diperhatikan, sebelum Anda melakukan double job?

Pertama, sudah siapkah Anda, untuk kehilangan banyak waktu personal Anda? Tentu saja, untuk satu pekerjaan saja kadang sudah sulit menyisihkan waktu untuk hal-hal pribadi, apalagi dua?

Selain itu, sebisa mungkin, jangan sampai kinerja pada pekerjaan utama turun. Awas, tingkat stress juga dapat meningkat karena tuntutan dari kedua pekerjaan.Harga yang harus dibayar untuk stress ini cukup tinggi, tidak hanya secara psikis, tetapi bisa juga merambat ke fisik. Kesehatan tubuh bisa menurun bila sering stress.

Bila Anda belum siap untuk semua ini, sebaiknya jangan melakukan double job. Pikirkan cara lain mengatasi krisis, seperti mengurangi pengeluaran.

Kalau memang pekerjaan kedua adalah hal yang perlu dilakukan, pilihlah pekerjaan yang akan mendukung karir Anda selanjutnya. Misalnya, bekerja sebagai agen penjual akan memberikan pengalaman sales. Atau bisa juga pekerjaan kedua memberikan rangsangan yang berbeda dari apa yang Anda dapatkan pada pekerjaan pertama.

Misalnya, pekerjaan utama Anda banyak menggunakan otak, maka pekerjaan yang mengandalkan fisik akan membuat Anda menjadi lebih kreatif. Contohnya seorang yang bekerja di bank dapat menambah penghasilannya dengan menjadi instruktur yoga.

Bila pekerjaan utama Anda memakan waktu yang panjang dan sering ada lembur mendadak, maka pekerjaan freelance yang waktunya fleksibel akan lebih baik. Misalnya penerjemah, data entry, dan pengasuh anak.

Konflik dengan pekerjaan utama

Sebelum melakukan pekerjaan ganda, pastikan bahwa apa yang Anda kerjakan tidak melanggar peraturan dalam pekerjaan utama Anda. Misalnya, melakukan pekerjaan lain pada jam kerja—menggunakan komputer, kertas, mesin fotokopi dan pesawat telepon kantor untuk pekerjaan Anda yang lain—maka Anda dapat dipecat.

Bekerja pada perusahaan kompetitor juga sebuah ide yang sangat buruk dan sudah pasti dilarang oleh perusahaan tempat Anda bekerja. Bahkan tanpa aturan yang melanggar hal ini, mengerjakan pekerjaan kedua yang bersaing dengan pekerjaan utama Anda sangat beresiko.

Bila Anda tidak yakin mengenai potensi konflik, cobalah meminta ijin pada atasan Anda. Setelah mendapat ijin, jangan lupa menyimpan dokumentasi tertulis. Misalnya, dengan mengirim email yang mengucapkan terima kasih kepada atasan Anda atas pengertiannya terhadap kebutuhan Anda memiliki pekerjaan ganda. Tambahkan bahwa komitmen Anda tetap 100 persen pada pekerjaan Anda tersebut.

Jadi, siap-siap mental dan fisik sebelum double job.

RELATED ARTICLES

4 COMMENTS

  1. Hello Rani. Sorry baru balas komennya. Mencari pekerjaan yang cocok memang terkadang susah-susah gampang. Bila Anda belum menemukan pekerjaan yang cocok, jangan menyerah ya… Dalam artikel di atas, double job tidak selalu berarti bekerja pada pihak lain, bisa juga berarti menciptakan peluang-peluang bisnis baru.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments

konsultankarir on Pilihan, Memilih or Stuck
konsultankarir on Bingung S2
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Memilih Jurusan S2 yang Tepat
konsultankarir on Gagal tes psikotest
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Sulit mendapatkan pekerjaan
konsultankarir on Wawancara dan Psikotest
konsultankarir on Kuis:Career Engager
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Selalu Gagal dalam Interview
konsultankarir on Interview Magic
konsultankarir on Pindah Tempat Kerja
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Psikotes Menggambar
konsultankarir on Memilih Jurusan S2 yang Tepat
konsultankarir on Memilih Jurusan S2 yang Tepat
konsultankarir on Bingung S2
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
Angelina Tria Puspita Rini on Memilih Jurusan S2?!
Lisa on Bingung S2
Fiviiya on Psikotes Menggambar
Wendi Dinapis on Memilih Jurusan S2?!
hasenzah on Memilih Jurusan S2?!
yulida hikmah harahap on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
Galuh Rekyan Andini on Memilih Jurusan S2?!
burhanuddin on Memilih Jurusan S2?!
Dian Camellyna on Kuis:Career Engager
ABDUL RAHMAN on Wawancara dan Psikotest
Melva Ronauli Pasaribu on S1 Teknik Informatika S2 Bagusnya Apa?
Faradillah Rachmadani M.Nur on Memilih Jurusan S2?!
Taufik Halim on Memulai Bisnis Fotografi
Edo on Bingung S2
konsultankarir on Profesi yang sesuai
konsultankarir on Bingung S2
yaya on Bingung S2
konsultankarir on Memilih karir
dewi on Pindah kerja
konsultankarir on Memilih Jurusan S2 yang Tepat
dewi on Pindah kerja
Tyas on ILKOM atau MTI
hary on ILKOM atau MTI
Kiki Widia Martha on Buku ‘My Passion, My Career’
jalil abdul aziz on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
Nono Suharnowo on Bagaimana agar produktif?
syukri on Jujur atau tidak?
Nida shofiya on Bingung pilih fakultas
abdul madjid on Gagal tes psikotest
abdul madjid on Gagal tes psikotest
Aris on Tujuan karir
NURANI on Tujuan karir
dede on Tujuan karir
Rika on Tujuan karir
Djoko triyono on Sulit mendapat pekerjaan
marco on E-mailku unik!
Efik on Memilih karir
noer hasanah on Berminat ke NGO Asing
ilah susilawati on Status dan jenjang karir
yusi bayu dwihayati on Berpindah Karir di Usia 32
dino eko supriyanto on Menyiapkan Business Plan
Gunawan Ardiyanto on 10 Biang Bangkrut UKM
Nahdu on Table Manner
krisnadi on 10 Biang Bangkrut UKM
rani on Table Manner
yuda_dhe on Table Manner
Putrawangsa on Memilih Jurusan S2?!
aira on Time Management
Emi Sugiarti on Sudahkah Anda Peduli?
fitria on Table Manner
Ardiningtiyas on Menuju 'Incompetency Level'
Sri Ratna Hadi on Dari Penjahit ke Penulis
monang halomoan on Program SDM tahunan
merlyn on Ayo, Kreatif!
Silvester Balubun on Table Manner
Avatara on Istimewanya Rasberi
vaniawinona on Table Manner
defianus on Tips Negoasiasi Gaji
Dewi Sulistiono on Meniti Sebatang Bambu
Rena on Tersadar…
Dendi on Ayo, Kreatif!
Denni on Menemukan Mentor