Wednesday, December 11, 2024
HomeMy StoryKepuasan Batin dan Ketenangan Berkarir

Kepuasan Batin dan Ketenangan Berkarir

oleh Vriana Indriasari (Pemenang Harapan Share Your Career Story).

Tinggal di Jakarta.

Tidak pernah terlintas sebelumnya bahwa aku akan menjadi seorang penulis. Cita-cita menjadi seorang dokter selalu memenuhi kepalaku sejak duduk di bangku sekolah menengah pertama (SMP). Apa dinyana, manusia boleh berkeinginan namun semua keputusan tetap di tangan-Nya.

Tidak sekadar cita-cita, usahaku mewujudkan diri menjadi seorang dokter pun terbilang kuat. Dunia eksakta yang penuh angka menjadi makanan sehari-hari. Aku juga selalu berhasil duduk dibangku sekolah-sekolah favorit di Depok. Sayangnya, kedua orang tua tidak mengijinkanku melanjutkan kuliah kedokteran di Malang. Dengan dalih, tidak ingin terjadi sesuatu yang buruk karena hanya aku anak perempuan yang mereka miliki, Aku pun akhirnya urung menjadi dokter.

Putus asa? Mungkin. Aku menyadari sepenuhnya kemampuan finansial keluarga, sehingga tidak mungkin rasanya mewujudkan mimpiku dengan bersekolah di universitas swasta. Akhirnya tidak melanjutkan kuliah menjadi pilihan terbaik saat itu. Aku hanya mengambil kursus di Lembaga Indonesia-Amerika (LIA). Untuk uang jajan, aku memberi les privat Inggris. Hasilnya lumayan, setidaknya aku bisa membiayai kebutuhan dasarku.

Tiga tahun berlalu, tiba-tiba orangtua mulai menyinggung soal kuliah. Ternyata mereka baru saja bertemu dengan salah seorang guru SMP-ku. Guruku itu menyayangkan kecerdasanku yang sia-sia jika tidak melanjutkan kuliah. Akhirnya keinginan menyambung pendidikanku kembali datang. Kali ini, berbekal kemampuan bahasa Inggris yang kupunya, mimpiku bergeser menjadi seorang diplomat. Jurusan Hubungan Internasional menjadi sasarannya. Tapi di mana kampus dengan biaya yang bsia dijangkau oleh keuangan keluargaku yang pas-pasan?

Terpilihlah sebuah kampus di kawasan Lenteng Agung. Duduk dibangku kuliah tidak lantas membuatku hidup bisa berleha-leha. Aku berusaha mencari uang tambahan supaya tidak terlalu membebani orang tua. Paling tidak buku-buku bisa kubeli dengan jerih payahku sendiri. Mengajar bahasa Inggris pada teman-teman kuliah hingga menjadi penjaja koran pernah kulakoni.

Sebuah tabloid yang masuk kelas “ecek-ecek” menjadi titik balik perjalanan hidupku. Bermodalkan bahasa Inggrisku yang lumayan, aku masuk dalam jajaran redaksi tabloid terebut. Entah apa penyebabnya, sang pemimpin redaksi sangat percaya dan menyukai hasil kerjaku. Tidak bertahan lama, tabloid itu harus berhenti beroperasi. Aku kembali ke bangku kuliah dengan pekerjaan sampingan menjadi koordinator promosi sebuah harian ternama di Indonesia. Menjadi koordinator di sini merupakan kelanjutan keuletanku menjajakan koran dengan harga murah setiap Jumat. Hasilnya sangat lumayan membantu kehidupanku sehari-hari.

Waktu berlalu hingga akhirnya aku dipaksa melepas pekerjaanku dan konsentrasi pada kuliah yang mulai terbengkalai. Akhir 2003 aku berhenti bekerja dan berusaha mengejar wisuda pada April 2004. Aku pun berhasil mendapat nilai yang memuaskan. Rasa khawatir mulai datang karena terbayang sulitnya mencari pekerjaan lagi.

Kata orang, kalau memang rejeki tidak akan ke mana. Ungkapan itu pun mampir di hidupku. Satu minggu menjelang wisuda, aku diterima bekerja di sebuah tabloid yang mengupas tentang sumber daya manusia. Hidupku sepertinya mulai berjalan sesuai harapan. Selang satu tahun, aku memutuskan berhenti sementara karena ada sesuatu hal yang mengharuskan aku lebih sering berada di rumah.

Ternyata semua tidak seperti bayangan. Baru dua bulan aku di rumah, dunia seperti berhenti berputar. Aku pun memutuskan untuk kembali mencari pekerjaan. Dalam waktu dua minggu aku sudah bisa kembali bekerja. Kali ini sebuah majalah gaya hidup pria menjadi “pelabuhan”ku. Di tempat ini, pertama kalinya aku dihadapkan pada suasana persaingan kerja yang menurutku sangat tidak sehat. Ternyata aku tidak cukup kuat untuk berada di dalamnya, dan kembali memutuskan hengkang setelah setahun mengais rejeki di sana.

Hanya beberapa hari aku menganggur, sebuah tawaran menjadi penulis kembali datang. Kali ini sebuah majalah gaya hidup dan properti. Di sini aku benar-benar memperoleh pelajaran bagaimana menulis dengan baik dan benar. Maklumlah, latar belakangku bukanlah jurnalistik. Bisa dibilang tidak pernah ada ilmu jurnalistik yang mampir ke otakku. Adalah Arif Bargot Siregar, seorang teman dan juga atasanku yang mengajari semua pakem untuk menjadi penulis yang baik. Jasa yang tak terhingga bagiku.

Kini, Majalah Tamasya menjadi tempat berlabuhku yang paling lama. Selain karena topik yang dibahas sangat menyenangkan juga karena lingkungan kerja yang friendly serta atasan yang perhatian pada karyawannya. Di tempat ini juga memungkinkanku untuk mengeksplor kemampuan dan hasratku dalam menuangkan segala rasa dan pikiran yang kurasakan ke dalam tulisan.

Dalam hidup, aku tidak pernah mengejar apa yang disebut jabatan. Aku hanya ingin bekerja, menghasilkan sesuatu yang layak dibanggakan serta penghasilan untuk membantu menghidupi orang tuaku. Jabatan tanpa sumbangsih nyata pada perusahaan dan diri sendiri, bagiku tidak ada artinya. Penulis dilihat dari karya tulisnya, bukan dari jabatan apa yang disandangnya. Berpikir demikian membuatku lebih tenang dan ikhlas menjalani pekerjaan dan hidup. Kini hidup kujalani seperti air mengalir. Tidak ada lagi mimpi menjadi diplomat atau apapun. Kini, aku hanya ingin menjalani hidup yang ada dan berbuat yang terbaik sesuai lakonku saat ini, Insya Allah rejeki akan mengikuti.

 

RELATED ARTICLES

3 COMMENTS

  1. seperti air yang mengalir ya. semua ada solusinya. semua terjadi untuk satu alasan. saya salut atas keikhlasannya. semoga yang terbaik untuk anda selalu.

  2. very inspiring story.
    hmmm.. kayaknya kampusnya sama ya di lenteng agung …. : )
    bosnya juga kayaknya sama ya .. : )

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments

konsultankarir on Pilihan, Memilih or Stuck
konsultankarir on Bingung S2
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Memilih Jurusan S2 yang Tepat
konsultankarir on Gagal tes psikotest
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Sulit mendapatkan pekerjaan
konsultankarir on Wawancara dan Psikotest
konsultankarir on Kuis:Career Engager
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Selalu Gagal dalam Interview
konsultankarir on Interview Magic
konsultankarir on Pindah Tempat Kerja
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Psikotes Menggambar
konsultankarir on Memilih Jurusan S2 yang Tepat
konsultankarir on Memilih Jurusan S2 yang Tepat
konsultankarir on Bingung S2
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
Angelina Tria Puspita Rini on Memilih Jurusan S2?!
Lisa on Bingung S2
Fiviiya on Psikotes Menggambar
Wendi Dinapis on Memilih Jurusan S2?!
hasenzah on Memilih Jurusan S2?!
yulida hikmah harahap on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
Galuh Rekyan Andini on Memilih Jurusan S2?!
burhanuddin on Memilih Jurusan S2?!
Dian Camellyna on Kuis:Career Engager
ABDUL RAHMAN on Wawancara dan Psikotest
Melva Ronauli Pasaribu on S1 Teknik Informatika S2 Bagusnya Apa?
Faradillah Rachmadani M.Nur on Memilih Jurusan S2?!
Taufik Halim on Memulai Bisnis Fotografi
Edo on Bingung S2
konsultankarir on Profesi yang sesuai
konsultankarir on Bingung S2
yaya on Bingung S2
konsultankarir on Memilih karir
dewi on Pindah kerja
konsultankarir on Memilih Jurusan S2 yang Tepat
dewi on Pindah kerja
Tyas on ILKOM atau MTI
hary on ILKOM atau MTI
Kiki Widia Martha on Buku ‘My Passion, My Career’
jalil abdul aziz on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
Nono Suharnowo on Bagaimana agar produktif?
syukri on Jujur atau tidak?
Nida shofiya on Bingung pilih fakultas
abdul madjid on Gagal tes psikotest
abdul madjid on Gagal tes psikotest
Aris on Tujuan karir
NURANI on Tujuan karir
dede on Tujuan karir
Rika on Tujuan karir
Djoko triyono on Sulit mendapat pekerjaan
marco on E-mailku unik!
Efik on Memilih karir
noer hasanah on Berminat ke NGO Asing
ilah susilawati on Status dan jenjang karir
yusi bayu dwihayati on Berpindah Karir di Usia 32
dino eko supriyanto on Menyiapkan Business Plan
Gunawan Ardiyanto on 10 Biang Bangkrut UKM
Nahdu on Table Manner
krisnadi on 10 Biang Bangkrut UKM
rani on Table Manner
yuda_dhe on Table Manner
Putrawangsa on Memilih Jurusan S2?!
aira on Time Management
Emi Sugiarti on Sudahkah Anda Peduli?
fitria on Table Manner
Ardiningtiyas on Menuju 'Incompetency Level'
Sri Ratna Hadi on Dari Penjahit ke Penulis
monang halomoan on Program SDM tahunan
merlyn on Ayo, Kreatif!
Silvester Balubun on Table Manner
Avatara on Istimewanya Rasberi
vaniawinona on Table Manner
defianus on Tips Negoasiasi Gaji
Dewi Sulistiono on Meniti Sebatang Bambu
Rena on Tersadar…
Dendi on Ayo, Kreatif!
Denni on Menemukan Mentor