Judul : Bisnis Fotografi: Bagaimana Memulainya?
Penulis : Tirto Andayanto MR
Tahun : 2012
Halaman : 98 + xiv
Penerbit : Metagraf, Creative Imprint of Tiga Serangkai
Peresensi : Ardiningtiyas Pitaloka
Buku ini adalah satu dari rangkaian seri profesi hasil kerjasama antara Fakultas Seni Rupa, Institut Kesenian Jakarta dan penerbit Tiga Serangkai. Penulis, Andayanto merupakan salah satu pengajar di IKJ yang juga memiliki pengalaman bisnis fotografi. Ia melihat adanya lompatan hebat dan cepat dalam dunia fotografi seiring dengan zaman digital, sehingga tidak sedikit lahirlah ‘mendadak (bisnis) fotografi (fotografer)’ yang kurang memiliki pengetahuan memadai/tepat. Untuk meluruskan dan meningkatkan pemahaman mereka yang terkena euphoria teknologi digital dalam fotografi, penulis menyajikan pembahasan yang bersifat hirarki, yakni (1) Fotografi, (2) Bisnis Fotografi, (3) Membuat Fotografi, (4) Memulai Bisnis Fotografi, serta (5) Bisnis dan Etika Fotografi.
Pada bagian pertama, penulis menegaskan perbedaan antara penghobi dan profesi fotografi. Meski terlintas terlihat sepele, namun penting untuk dicermati, di mana seorang penghobi memiliki karakter: tidak menerima uang, sesuka hati, professional, ahli dan memiliki manajemen. Sementara profesi fotografi adalah mereka yang menerima uang, berdasarkan permintaan, professional, ahli dan memiliki manajemen. Ada dua perbedaan mendasar yakni menerima uang dan berdasarkan permintaan. Kedua poin ini menjelaskan salah satu tuntutan profesi yakni memenuhi kebutuhan klien/pelanggan/konsumen.
Selanjutnya, apa yang sebenarnya dijual dalam bisnis fotografi? Anda bisa saja tertawa membaca pertanyaan ini, namun ternyata ini berkaitan erat dengan kelangsungan bisnis fotografi. Menurut penulis, terkadang pebisnis fotografi tidak mampu memberikan penawaran harga yang tepat karena ketidaktahuan apa yang sebenarnya dijual oleh seorang fotografer (h.14). Bisnis ini seringkali dipahami menjual album foto dan konsep foto, yang benar adalah produk fotografi, yaitu jasa fotografi dan karya foto/gambar. Selain memahami produk yang ditawarkan, pelaku bisnis ini juga harus mengerti apa yang didapatkan seorang fotografer, yakni credit title atau posisi kepemilikan pada saat pelaku bisnis hanya menjual jasa fotografi (tukang potret) dan copyright yang didapat bila fotografer menjual karya fotografi.
Sesuai dengan janji yang tersirat dalam judul, penulis memenuhi janjinya dengan memaparkan cukup detil bagaimana merumuskan harga dalam bisnis fotografi (h.33). Pada bagian ?Membuat Harga Fotografi?, pembaca akan mendapati ilustrasi perhitungan harga dan komponen jasa fotografi (h.35-36), juga ilustrasi perhitungan harga produksi output fotografi dalam bentuk album foto 20 halaman dengan layout dan cetak digital (h.44-46). Poin menarik lainnya, bagian ini juga dilengkapi dengan contoh surat penawaran harga jasa fotografi (h.48) dan contoh surat penawaran harga jasa fotografi plus biaya produksi (h.50).
Ketiga bagian buku itu seperti kerangka penyangga bagi Anda yang mulai melirik aktivitas fotografi secara serius (baca: bisnis), namun masih belum lengkap jika tidak mencermati bagian lain yakni alur kerja yang tersaji dalam bagian ‘Memulai Bisnis Fotografi’. Salah satu bagian yang merupakan modal dasar bagi pebisnis fotografi awal, adalah mengetahui alur kerja klien dan fotografer. Alur ini diawali dengan(a) tahapan brainstorming (tukar pikiran), (b) menyamakan (penyusunan) tema dan konsep, (c) shooting list atau menyusun daftar pengambilan gambar, (d) pembuatan story board yang dapat berupa sketsa atau memanfaatkan gambar/foto di dunia maya sebagai acuan dari khayalan visual sebelum pengambilan gambar sesungguhnya,(e) shooting days (kerangka waktu) atau lamanya penyelesaian pekerjaan fotografi, serta (f) budget-penawaran harga ke klien berdasarkan tahapan di atas.
Sebagai penutup, penulis mengingatkan pembaca tentang etika usaha dalam bisnis fotografi yakni tepat waktu, tidak mencela karya orang lain, tidak mendramatisasi, jujur, mampu menjaga suasana, menjaga penampilan, peka dengan bahasa tubuh sendiri maupun lingkungan sekitar, memiliki wawasan luas, serta menjaga hubungan baik dengan klien.
Buku ini menarik, baik bagi Anda yang masih hanya sekedar ingin tahu, maupun yang telah serius merencanakan bisnis fotografi. Akan lebih menarik apabila penulis menambahkan beberapa kisah singkat pelaku bisnis fotografi juga komunitas fotografi yang berkembang di beberapa kota di Indonesia. Penambahan ini akan semakin memotivasi peminat bisnis fotografi maupun penikmat/pengguna jasa fotografi untuk dapat memberikan apresiasi secara tepat. Harapannya, peminat tidak lantas ‘mundur’ karena melihat paparan detil dalam perumusan harga maupun alur kerja, sebaliknya semakin terpacu dan tetap cermat dalam memulai bisnis fotografi. Meski demikian, penulis menyajikan beberapa hasil kerja fotografer yang dapat memanjakan mata, mulai dari fotografer jurnalis, pernikahan, industry/pabrik, perusahaan/korporat, pemandangan/landscape, dalam air, dokumentasi/liputan, model, fashion, interior/arsitektur, eksterior/arsitektur, makanan, keluarga, iklan, juga yang bersifat (nilai) seni.
Buku ini masih ada gak??? Mau pesan nih… ada CP???