Kita cenderung melihat apa yang ingin kita lihat. Kita juga cenderung mendengar apa yang ingin kita dengar. Rumusan ini berlaku secara mendasar, suka atau tidak. Sayangnya, ada banyak moment yang tidak bisa kita abaikan untuk meluaskan ?penglihatan? dan ?pendengaran? kita. Ketrampilan komunikasi tidak hanya berbicara, mengekspresikan pikiran melalui suara dan bahasa tubuh. Komunikasi efektif juga berarti mendengarkan secara efektif pula. Bahasa populernya: agar nyambung?
Kita juga perlu mengembangkan ketrampilan mendengarkan ini melampaui batas-batas usia, gender, lingkungan social (budaya), pendidikan, bangsa dan lainnya. Tolley, Hodge & Tolley dalam bukunya ?The Police Selection system ? practice for psychometrics tests and succeed at the assessment centres? (2010) mencatatkan beberapa poin penting, yakni:
- Intonasi suara; perhatikan kata atau kalimat yang mendapatkan penekanan (nada lebih tegas, keras, atau justru pelan)
- Pola interaksi: bagaimana alur komunikasi dua arah yang dibentuk, perhatikan di titik mana kita mendapatkan giliran berbicara
- Ekspresi setuju atau tidak setuju, seperti ketika seseorang mengatakan ?Ya?; apakah yang dimaksud ?Saya mendengar Anda..? atau ?Saya setuju dengan Anda??
- Kode dan kebiasaan yang menyatakan kesopanan dalam berinteraksi verbal. Perhatikan pula bahasa tubuh dan ekspresi wajah, seperti kerutan dua alis yang bisa berarti ;?Maksudnya??
- Cara seseorang menyusun argumentasi dan informasi. Setiap orang memiliki gaya khas, terlebih jika ia seorang yang ekspresif, perhatikan dan beri respon yang tepat.
- Ekspresi emosi, termasuk pertimbangkan ketepatan respon emosi untuk suatu informasi. Jika terjadi kekeliruan, segera koreksi dan meminta maaf sehingga meminimalisir salah paham
Poin-poin di atas hendaknya menjadi perhatian lebih terutama ketika kita berinteraksi dengan orang dengan budaya berbeda. Hal ini menjadi lebih sensitive, karena pada beberapa budaya, nada suara, intonasi hingga senyum dapat dimaknai beragam. Meskipun catatan dalam buku ini dimaksudkan untuk menghadapi proses assessment kerja dengan metode assessment centers, namun tetap bisa kita terapkan di aspek kehidupan sehari-hari.
Catatan lainnya, Tolley dkk (2010) juga memberikan tips untuk meningkatkan ketrampilan mendengarkan efektif:
- Ketika kita berada di taman di luar kota atau luar negeri, termasuk di tengah keramaian kota, buatlah catatan mental dari segala sesuatu yang terdengar berbeda. Sebanyak mungkin, tangkaplah suara-suara yang kita dengar di daerah itu. Lalu pejamkan mata sejenak dan berkonsentrasilah pada pengalaman mendengarkan itu. Apa saja suara baru yang sebelumnya belum pernah kita kenali?
- Ketika kita berada di satu pertemuan seperti seminar, konferensi, dsb. Latih untuk mendengarkan secara penuh perhatian ? jangan biarkan suara lain mengganggu konsentrasi kita. Ingat bahwa ?mendengarkan dengan penuh perhatian? berarti mendengarkan dengan hati-hati pada apa yang mereka katakan dan mengamati secara dekat.
- Dalam situasi seperti di atas, latihlah untuk menjaga konsentrasi ? hindari ?mengganti /mematikan perhatian? ketika kita tidak menyetujui apa yang dikatakan atau kita pikir kita sudah tahu isi pembicaraan itu.
- Cobalah memberikan umpan balik positif pada si pembicara untuk menunjukkan bahwa kita mendengarkan ? eksplorasi juga secara verbal (misal dengan mengatakan, ?Saya setuju dengan saran Anda?) dan non verbal (seperti menganggukkan kepala atau tersenyum)
- Periksa ulang informasi yang kita dengar dengan si pembicara, seperti ?Apa pemahaman saya benar bahwa Anda menyatakan ?.? . perhatikan reaksi atau respon pembicara secara verbal dan non verbal
- Buatlah kesimpulan apa yang kita lihat dan dengar menjadi satu poin utama pesan pembicara dengan tepat
- Rekam siaran diskusi di radio atau televise dan gunakan untuk melatih ketrampilan mendengarkan kita. Misal, konsentrasikan perhatian kita pada perbedaan pendapat yang diekspresikan setiap pembicara dalam diskusi tersebut, atau focus pada bahasa tubuh si pembicara
Selamat mencoba 🙂