Wednesday, December 11, 2024
HomeSaya dan KarirMengembangkan Ketrampilan Mendengarkan

Mengembangkan Ketrampilan Mendengarkan

Kita cenderung melihat apa yang ingin kita lihat. Kita juga cenderung mendengar apa yang ingin kita dengar. Rumusan ini berlaku secara mendasar, suka atau tidak. Sayangnya, ada banyak moment yang tidak bisa kita abaikan untuk meluaskan ?penglihatan? dan ?pendengaran? kita. Ketrampilan komunikasi tidak hanya berbicara, mengekspresikan pikiran melalui suara dan bahasa tubuh. Komunikasi efektif juga berarti mendengarkan secara efektif pula. Bahasa populernya: agar nyambung?

Kita juga perlu mengembangkan ketrampilan mendengarkan ini melampaui batas-batas usia, gender, lingkungan social (budaya), pendidikan, bangsa dan lainnya. Tolley, Hodge & Tolley dalam bukunya ?The Police Selection system ? practice for psychometrics tests and succeed at the assessment centres? (2010) mencatatkan beberapa poin penting, yakni:

  • Intonasi suara; perhatikan kata atau kalimat yang mendapatkan penekanan (nada lebih tegas, keras, atau justru pelan)
  • Pola interaksi: bagaimana alur komunikasi dua arah yang dibentuk, perhatikan di titik mana kita mendapatkan giliran berbicara
  • Ekspresi setuju atau tidak setuju, seperti ketika seseorang mengatakan ?Ya?; apakah yang dimaksud ?Saya mendengar Anda..? atau ?Saya setuju dengan Anda??
  • Kode dan kebiasaan yang menyatakan kesopanan dalam berinteraksi verbal. Perhatikan pula bahasa tubuh dan ekspresi wajah, seperti kerutan dua alis yang bisa berarti ;?Maksudnya??
  • Cara seseorang menyusun argumentasi dan informasi. Setiap orang memiliki gaya khas, terlebih jika ia seorang yang ekspresif, perhatikan dan beri respon yang tepat.
  • Ekspresi emosi, termasuk pertimbangkan ketepatan respon emosi untuk suatu informasi. Jika terjadi kekeliruan, segera koreksi dan meminta maaf sehingga meminimalisir salah paham

Poin-poin di atas hendaknya menjadi perhatian lebih terutama ketika kita berinteraksi dengan orang dengan budaya berbeda. Hal ini menjadi lebih sensitive, karena pada beberapa budaya, nada suara, intonasi hingga senyum dapat dimaknai beragam. Meskipun catatan dalam buku ini dimaksudkan untuk menghadapi proses assessment kerja dengan metode assessment centers, namun tetap bisa kita terapkan di aspek kehidupan sehari-hari.

Catatan lainnya, Tolley dkk (2010) juga memberikan tips untuk meningkatkan ketrampilan mendengarkan efektif:

  • Ketika kita berada di taman di luar kota atau luar negeri, termasuk di tengah keramaian kota, buatlah catatan mental dari segala sesuatu yang terdengar berbeda. Sebanyak mungkin, tangkaplah suara-suara yang kita dengar di daerah itu. Lalu pejamkan mata sejenak dan berkonsentrasilah pada pengalaman mendengarkan itu. Apa saja suara baru yang sebelumnya belum pernah kita kenali?
  • Ketika kita berada di satu pertemuan seperti seminar, konferensi, dsb. Latih untuk mendengarkan secara penuh perhatian ? jangan biarkan suara lain mengganggu konsentrasi kita. Ingat bahwa ?mendengarkan dengan penuh perhatian? berarti mendengarkan dengan hati-hati pada apa yang mereka katakan dan mengamati secara dekat.
  • Dalam situasi seperti di atas, latihlah untuk menjaga konsentrasi ? hindari ?mengganti /mematikan perhatian? ketika kita tidak menyetujui apa yang dikatakan atau kita pikir kita sudah tahu isi pembicaraan itu.
  • Cobalah memberikan umpan balik positif pada si pembicara untuk menunjukkan bahwa kita mendengarkan ? eksplorasi juga secara verbal (misal dengan mengatakan, ?Saya setuju dengan saran Anda?) dan non verbal (seperti menganggukkan kepala atau tersenyum)
  • Periksa ulang informasi yang kita dengar dengan si pembicara, seperti ?Apa pemahaman saya benar bahwa Anda menyatakan ?.? . perhatikan reaksi atau respon pembicara secara verbal dan non verbal
  • Buatlah kesimpulan apa yang kita lihat dan dengar menjadi satu poin utama pesan pembicara dengan tepat
  • Rekam siaran diskusi di radio atau televise dan gunakan untuk melatih ketrampilan mendengarkan kita. Misal, konsentrasikan perhatian kita pada perbedaan pendapat yang diekspresikan setiap pembicara dalam diskusi tersebut, atau focus pada bahasa tubuh si pembicara

Selamat mencoba 🙂

Tyas
Tyas
Career Coach & HR Consultant - "Mind is Magic"
RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments

konsultankarir on Pilihan, Memilih or Stuck
konsultankarir on Bingung S2
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Memilih Jurusan S2 yang Tepat
konsultankarir on Gagal tes psikotest
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Sulit mendapatkan pekerjaan
konsultankarir on Wawancara dan Psikotest
konsultankarir on Kuis:Career Engager
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Selalu Gagal dalam Interview
konsultankarir on Interview Magic
konsultankarir on Pindah Tempat Kerja
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Psikotes Menggambar
konsultankarir on Memilih Jurusan S2 yang Tepat
konsultankarir on Memilih Jurusan S2 yang Tepat
konsultankarir on Bingung S2
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
Angelina Tria Puspita Rini on Memilih Jurusan S2?!
Lisa on Bingung S2
Fiviiya on Psikotes Menggambar
Wendi Dinapis on Memilih Jurusan S2?!
hasenzah on Memilih Jurusan S2?!
yulida hikmah harahap on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
Galuh Rekyan Andini on Memilih Jurusan S2?!
burhanuddin on Memilih Jurusan S2?!
Dian Camellyna on Kuis:Career Engager
ABDUL RAHMAN on Wawancara dan Psikotest
Melva Ronauli Pasaribu on S1 Teknik Informatika S2 Bagusnya Apa?
Faradillah Rachmadani M.Nur on Memilih Jurusan S2?!
Taufik Halim on Memulai Bisnis Fotografi
Edo on Bingung S2
konsultankarir on Profesi yang sesuai
konsultankarir on Bingung S2
yaya on Bingung S2
konsultankarir on Memilih karir
dewi on Pindah kerja
konsultankarir on Memilih Jurusan S2 yang Tepat
dewi on Pindah kerja
Tyas on ILKOM atau MTI
hary on ILKOM atau MTI
Kiki Widia Martha on Buku ‘My Passion, My Career’
jalil abdul aziz on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
Nono Suharnowo on Bagaimana agar produktif?
syukri on Jujur atau tidak?
Nida shofiya on Bingung pilih fakultas
abdul madjid on Gagal tes psikotest
abdul madjid on Gagal tes psikotest
Aris on Tujuan karir
NURANI on Tujuan karir
dede on Tujuan karir
Rika on Tujuan karir
Djoko triyono on Sulit mendapat pekerjaan
marco on E-mailku unik!
Efik on Memilih karir
noer hasanah on Berminat ke NGO Asing
ilah susilawati on Status dan jenjang karir
yusi bayu dwihayati on Berpindah Karir di Usia 32
dino eko supriyanto on Menyiapkan Business Plan
Gunawan Ardiyanto on 10 Biang Bangkrut UKM
Nahdu on Table Manner
krisnadi on 10 Biang Bangkrut UKM
rani on Table Manner
yuda_dhe on Table Manner
Putrawangsa on Memilih Jurusan S2?!
aira on Time Management
Emi Sugiarti on Sudahkah Anda Peduli?
fitria on Table Manner
Ardiningtiyas on Menuju 'Incompetency Level'
Sri Ratna Hadi on Dari Penjahit ke Penulis
monang halomoan on Program SDM tahunan
merlyn on Ayo, Kreatif!
Silvester Balubun on Table Manner
Avatara on Istimewanya Rasberi
vaniawinona on Table Manner
defianus on Tips Negoasiasi Gaji
Dewi Sulistiono on Meniti Sebatang Bambu
Rena on Tersadar…
Dendi on Ayo, Kreatif!
Denni on Menemukan Mentor