Sunday, April 28, 2024
HomeSaya dan Karir"Making Friends" di Tempat Kerja

"Making Friends" di Tempat Kerja

Bagi mereka yang bekerja rutin di kantor “9 to 5“, bisa dikatakan paling tidak sepertiga hari mereka, dari 24 jam sehari, dihabiskan bersama rekan-rekan sekerja di kantor mereka. Bahkan untuk beberapa jenis jabatan dan pekerjaan kadang-kadang lebih dari separuh hari mereka dihabiskan di kantor. Tidak mengherankan jika kemudian terjalin pertemanan ataupun persahabatan di antara teman sekerja. Apakah itu antara teman selevel atau dengan bawahan, bahkan dengan atasan pun mungkin terjalin pertemanan.

Rasa senasib sepenanggungan dalam mengemban tugas di kantor, seperti lembur bersama untuk memenuhi deadline pekerjaan atau sama-sama merasa bete karena dimarahi bos, akhirnya membentuk jalinan kebersamaan antar karyawan. Tidak sekedar makan siang bersama, seringkali pertemanan juga dijalin di luar jam kantor, misalnya pergi dugem bersama di hari Jum’at malam setelah lembur panjang di kantor, atau sekedar ngopi- ngopi sambil menunggu waktu macet lalu lintas berlalu.

Keakraban yang terjalin antar sesama karyawan, bisa mempunyai dampak yang baik, terutama dalam pekerjaan yang memerlukan semangat team work yang tinggi. Suasana kerjasama dan saling memotivasi akan tercipta dengan sendirinya, demi satu goal pekerjaan yang sama. Suasana kerja yang akrab juga akan membawa working spirit yang yang tinggi. Karyawan jadi semangat untuk pergi ke tempat kerja, karena mereka tahu akan bertemu teman-temannya di kantor. Didukung dengan penghargaan yang diberikan perusahaan kepada karyawannya, biasanya akan lahir “Esprit de corps“. Suasana ini bisa sangat menguntungkan bagi perusahaan karena mereka akan terpacu bekerja dengan motivasi yang tinggi dan menghasilkan produk-produk yang berkualitas bagi perusahaan.

Keakraban antar karyawan biasanya akan mudah terjalin terutama jika sebagian besar karyawan yang bekerja di kantor tersebut masih lajang dan rata-rata usianya sebaya. Tambahan jam kerja di akhir minggu yang sering membuat bete menjadi tidak terlalu dipermasalahkan, karena mereka menyadari akan bekerja bersama teman-teman mereka sendiri, bahkan biasanya dipakai kesempatan untuk pergi hang out bersama sepulang kerja. Energi yang bersatu ini jika disalurkan ke arah yang produktif bisa meningkatkan output perusahaan.

Akan tetapi ternyata ada juga dampak negatifnya jika keakraban antar karyawan di suatu kantor kemudian disalah gunakan. Misalnya, karena semangat setia kawan, kesalahan yang dibuat seorang teman seringkali ditutupi oleh teman-temannya yang lain. Situasi ini bisa tidak menguntungkan, jika pihak yang melakukan kesalahan tidak menyadari atau tidak belajar dari kesalahan yang dibuatnya. Apalagi mengetahui bahwa ada teman- temannya yang akan senantiasa menutupi kesalahannya. Bisa-bisa orang tersebut akan terus menerus berbuat kesalahan atau tidak termotivasi untuk bekerja dengan baik.

Keakraban antar karyawan seringkali juga memudahkan usaha provokasi negatif yang dilakukan segelintir orang yang mungkin terlibat permasalahan di suatu perusahaan. Kadang-kadang solidaritas yang membabi buta, yang tidak mampu melihat persoalan secara berimbang, bisa menyesatkan mereka yang sebenarnya tidak telibat dalam masalah tersebut.

Pertemanan yang tercipta dari dalam kantor, dan kemudian diteruskan di luar kantor juga bisa tidak menguntungkan jika kemudian terjadi perselisihan yang sifatnya lebih pribadi. Karena biasanya suasana ketidaknyamanan di antara kedua belah pihak yang sedang berselisih akan terbawa ke dalam suasana kerja di kantor. Selain menciptakan ketidaknyamanan di antara mereka berdua, juga akan menciptakan ketidak nyamanan teman-teman satu tim lainnya.

Mengingat dampak positif maupun negatif yang bisa ditimbulkan dari terjalinnya pertemanan antar karyawan, penting bagi kita untuk tetap memahami bahwa kantor adalah tempat untuk bekerja. Dimana ada ‘aturan main’ yang harus disepakati dan ditaati baik oleh karyawan ataupun manager. Karena bagaimanapun ada kepentingan perusahaan untuk menciptakan hasil produksi (barang dan jasa) dan meraih laba, selain juga ada kepentingan karyawan yang bekerja untuk mencari nafkah demi tercapainya kesejahterahan serta untuk kepentingan meningkatkan karier dan prestasinya.

Profesionalisme menjadi sangat penting di sini, karena dengan itulah antar karyawan bisa lebih saling menghargai dan memahami pekerjaan masing-masing di kantor. Dan semangat solidaritas akan menjadi lebih baik jika bisa mendukung kepentingan semua pihak. (Mir)

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments

konsultankarir on Pilihan, Memilih or Stuck
konsultankarir on Bingung S2
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Memilih Jurusan S2 yang Tepat
konsultankarir on Gagal tes psikotest
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Sulit mendapatkan pekerjaan
konsultankarir on Wawancara dan Psikotest
konsultankarir on Kuis:Career Engager
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Selalu Gagal dalam Interview
konsultankarir on Interview Magic
konsultankarir on Pindah Tempat Kerja
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Psikotes Menggambar
konsultankarir on Memilih Jurusan S2 yang Tepat
konsultankarir on Memilih Jurusan S2 yang Tepat
konsultankarir on Bingung S2
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
Angelina Tria Puspita Rini on Memilih Jurusan S2?!
Lisa on Bingung S2
Fiviiya on Psikotes Menggambar
Wendi Dinapis on Memilih Jurusan S2?!
hasenzah on Memilih Jurusan S2?!
yulida hikmah harahap on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
Galuh Rekyan Andini on Memilih Jurusan S2?!
burhanuddin on Memilih Jurusan S2?!
Dian Camellyna on Kuis:Career Engager
ABDUL RAHMAN on Wawancara dan Psikotest
Melva Ronauli Pasaribu on S1 Teknik Informatika S2 Bagusnya Apa?
Faradillah Rachmadani M.Nur on Memilih Jurusan S2?!
Taufik Halim on Memulai Bisnis Fotografi
Edo on Bingung S2
konsultankarir on Profesi yang sesuai
konsultankarir on Bingung S2
yaya on Bingung S2
konsultankarir on Memilih karir
dewi on Pindah kerja
konsultankarir on Memilih Jurusan S2 yang Tepat
dewi on Pindah kerja
Tyas on ILKOM atau MTI
hary on ILKOM atau MTI
Kiki Widia Martha on Buku ‘My Passion, My Career’
jalil abdul aziz on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
Nono Suharnowo on Bagaimana agar produktif?
syukri on Jujur atau tidak?
Nida shofiya on Bingung pilih fakultas
abdul madjid on Gagal tes psikotest
abdul madjid on Gagal tes psikotest
Aris on Tujuan karir
NURANI on Tujuan karir
dede on Tujuan karir
Rika on Tujuan karir
Djoko triyono on Sulit mendapat pekerjaan
marco on E-mailku unik!
Efik on Memilih karir
noer hasanah on Berminat ke NGO Asing
ilah susilawati on Status dan jenjang karir
yusi bayu dwihayati on Berpindah Karir di Usia 32
dino eko supriyanto on Menyiapkan Business Plan
Gunawan Ardiyanto on 10 Biang Bangkrut UKM
Nahdu on Table Manner
krisnadi on 10 Biang Bangkrut UKM
rani on Table Manner
yuda_dhe on Table Manner
Putrawangsa on Memilih Jurusan S2?!
aira on Time Management
Emi Sugiarti on Sudahkah Anda Peduli?
fitria on Table Manner
Ardiningtiyas on Menuju 'Incompetency Level'
Sri Ratna Hadi on Dari Penjahit ke Penulis
monang halomoan on Program SDM tahunan
merlyn on Ayo, Kreatif!
Silvester Balubun on Table Manner
Avatara on Istimewanya Rasberi
vaniawinona on Table Manner
defianus on Tips Negoasiasi Gaji
Dewi Sulistiono on Meniti Sebatang Bambu
Rena on Tersadar…
Dendi on Ayo, Kreatif!
Denni on Menemukan Mentor