Tuesday, April 30, 2024
HomeSaya dan KarirFleksibel atau Plin-Plan?

Fleksibel atau Plin-Plan?

Menjadi robot bukanlah cita-cita manusia, meski dengan segala daya upaya kita berusaha untuk membuat sistem serba tersambung dan sekali klik.

Apakah Anda pernah menginginkan memiliki satu kotak yang mampu melakukan sepuluh hal sekaligus? Jika Anda seorang desainer produk, apakah Anda pernah mencoba merancang suatu kursi yang mampu berfungsi sebagai tempat tidur? Mungkin sudah banyak, bagaimana jika bisa menjadi pintu rahasia menggantikan lemari dinding, sehingga Anda bisa langsung bersembunyi jika ada rekan kerja yang terlampau unik datang berkunjung? Tidak itu saja, Anda kemudian menambahkan alarm pemindai untuk mendeteksi adanya gempa, termasuk aroma makanan dalam radius sepuluh meter 🙂

Atau, pernahkah Anda menyusun proposal kerjasama dan berpikir keras untuk langsung menawarkan tujuh poin sekaligus? Dalam pandangan Anda, calon klien akan dimudahkan dengan informasi komplit sehingga, jika menginginkan kerjasama lain bisa langsung melihat ‘menu’? Lalu, rekan kerja Anda mengkritik untuk fokus pada kebutuhan yang diminta. Menurutnya, calon klien akan kebingungan melihat beragam penawaran itu. Kalau memang klien minta yang lain, tinggal disusun lagi proposal sesuai permintaan, begitu saran si kawan.

Apakah si desainer seorang yang fleksibel? Bagaimana dengan penyusun proposal? Atau rekan kerja yang mengkritik proposal kerjasama itu?

Fleksibilitas dan Adaptasi

Kemampuan beradaptasi dalam menghadapi perubahan situasi dengan pendekatan yang berbeda untuk mencapai tujuan, adalah inti dari kompetensi fleksibilitas. Apa beda dengan plin-plan?

Kita sering menuntut fleksibilitas pada diri sendiri, rekan kerja, bawahan bahkan… bos! ‘Kaku amat sih… ?’ Kurang lebih itu kalimat yang akan terlontar ketika menghadapi pimpinan yang menuntut ‘ketepatan’ hasil kerja. Sementara, kita pun akan bertambah pusing jika lawan diskusi menyusun proposal selalu mengiyakan alternatif yang kita kemukakan alias ngikut..

Isu perubahan hampir selalu mengikuti fleksibilitas dan sebaliknya. Dalam fleksibilitas terkandung ketrampilan beradaptasi dari satu titik ke titik lain. Menjadi fleksibel, tidak berarti menjadi ‘tanpa bentuk’, sebab perubahan itu ada pada cara. Sementara tetap ada visi diri yang ditampilkan. Sebaliknya, kita akan disebut plin plan ketika tidak bisa menampilkan karakter diri dan menyerahkan tanggung jawab pada orang lain.

Pertanyaan yang cukup mengusik adalah, apakah fleksibilitas merupakan sifat dasar kita atau skill? Apakah ia merupakan proses yang kita pelajari dalam kehidupan sehari-hari dari kecil ataukah memang telah ada secara gen? Berderet penelitian mencoba menguak ini, meski banyak yang lebih mengarahkan pada kepribadian seperti terdapat pada alat tes the Big Five Personality.

Terbuka terhadap perubahan menjadi salah satu penjelas apakah seseorang itu fleksibel atau tidak. Secara logika, tidak ada satu pun anak manusia yang tidak mengenal perubahan, karena perubahan itu telah berlangsung dari hari ke hari baik secara biologis maupun sosial di sekitarnya. Jadi, mungkinkah setiap orang fleksibel?

Mungkin. Namun setiap lingkungan memiliki ukuran sendiri untuk menyatakan seseorang fleksibel atau kaku. Maka, sebenarnya label seseorang bisa beragam dari satu tempat ke tempat lain. Uniknya, kita sendirilah yang mengkonfirmasikan dan ?mengukuhkan? label itu. Selanjutnya, konsistensi sikap dan perilaku lah yang akan menggiring kita pada label diri secara internal dan mendefinisikan ‘siapa saya’.

Fenomena slash career dan generasi Y sangat kental dengan isu fleksibel. Apakah karena ia fleksibel kemudian memilih ber- slash career, yakni menjalani lebih dari satu profesi sekaligus. Apakah generasi Y (lahir 80 ke atas) dengan ketersediaan teknologi, informasi berlimpah dan kecepatan waktu, menjadi lebih fleksibel dari generasi X? Ataukah generasi baby boomers yang fleksibel karena mampu bekerjasama dengan generasi-generasi di bawahnya?

Pada konstelasi generasi manakah Anda? Fleksibel kah?

Tyas
Tyas
Career Coach & HR Consultant - "Mind is Magic"
RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments

konsultankarir on Pilihan, Memilih or Stuck
konsultankarir on Bingung S2
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Memilih Jurusan S2 yang Tepat
konsultankarir on Gagal tes psikotest
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Sulit mendapatkan pekerjaan
konsultankarir on Wawancara dan Psikotest
konsultankarir on Kuis:Career Engager
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Selalu Gagal dalam Interview
konsultankarir on Interview Magic
konsultankarir on Pindah Tempat Kerja
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Psikotes Menggambar
konsultankarir on Memilih Jurusan S2 yang Tepat
konsultankarir on Memilih Jurusan S2 yang Tepat
konsultankarir on Bingung S2
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
Angelina Tria Puspita Rini on Memilih Jurusan S2?!
Lisa on Bingung S2
Fiviiya on Psikotes Menggambar
Wendi Dinapis on Memilih Jurusan S2?!
hasenzah on Memilih Jurusan S2?!
yulida hikmah harahap on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
Galuh Rekyan Andini on Memilih Jurusan S2?!
burhanuddin on Memilih Jurusan S2?!
Dian Camellyna on Kuis:Career Engager
ABDUL RAHMAN on Wawancara dan Psikotest
Melva Ronauli Pasaribu on S1 Teknik Informatika S2 Bagusnya Apa?
Faradillah Rachmadani M.Nur on Memilih Jurusan S2?!
Taufik Halim on Memulai Bisnis Fotografi
Edo on Bingung S2
konsultankarir on Profesi yang sesuai
konsultankarir on Bingung S2
yaya on Bingung S2
konsultankarir on Memilih karir
dewi on Pindah kerja
konsultankarir on Memilih Jurusan S2 yang Tepat
dewi on Pindah kerja
Tyas on ILKOM atau MTI
hary on ILKOM atau MTI
Kiki Widia Martha on Buku ‘My Passion, My Career’
jalil abdul aziz on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
Nono Suharnowo on Bagaimana agar produktif?
syukri on Jujur atau tidak?
Nida shofiya on Bingung pilih fakultas
abdul madjid on Gagal tes psikotest
abdul madjid on Gagal tes psikotest
Aris on Tujuan karir
NURANI on Tujuan karir
dede on Tujuan karir
Rika on Tujuan karir
Djoko triyono on Sulit mendapat pekerjaan
marco on E-mailku unik!
Efik on Memilih karir
noer hasanah on Berminat ke NGO Asing
ilah susilawati on Status dan jenjang karir
yusi bayu dwihayati on Berpindah Karir di Usia 32
dino eko supriyanto on Menyiapkan Business Plan
Gunawan Ardiyanto on 10 Biang Bangkrut UKM
Nahdu on Table Manner
krisnadi on 10 Biang Bangkrut UKM
rani on Table Manner
yuda_dhe on Table Manner
Putrawangsa on Memilih Jurusan S2?!
aira on Time Management
Emi Sugiarti on Sudahkah Anda Peduli?
fitria on Table Manner
Ardiningtiyas on Menuju 'Incompetency Level'
Sri Ratna Hadi on Dari Penjahit ke Penulis
monang halomoan on Program SDM tahunan
merlyn on Ayo, Kreatif!
Silvester Balubun on Table Manner
Avatara on Istimewanya Rasberi
vaniawinona on Table Manner
defianus on Tips Negoasiasi Gaji
Dewi Sulistiono on Meniti Sebatang Bambu
Rena on Tersadar…
Dendi on Ayo, Kreatif!
Denni on Menemukan Mentor