Thursday, October 3, 2024
HomeCareer GuideCareer coaching adalah proses penuh komitmen

Career coaching adalah proses penuh komitmen

Pernahkah mendengar proses coaching, atau career coaching? Anda akan dengan mudah menemukan kata coaching di website atau iklan seminar di Indonesia. Kosa kata ini mulai menyebar di masyarakat, terlebih dengan banyaknya penawaran coaching pro bono atau gratis dalam beberapa event.

Mengapa pro bono, apakah karena masih baru? Pro bono merupakan salah satu strategi marketing yang dilakukan oleh lembaga konsultan atau coaching, tetapi, sesi pro bono pun bisa masuk dalam rangkaian sesi yang berbayar, yakni dalam sesi awal. Hal ini menunjukkan bahwa terlepas dari strategi marketing, sesi gratis merupakan sesi pengenalan dan edukasi bagi calon coachee atau klien.

Pembahasan coaching pun bisa Anda dapatkan di banyak website, termasuk di sini (http://www.konsultankarir.com/perspective/artikel/2014/01/10/3161) (http://www.konsultankarir.com/saya-dan-karir/2011/06/13/coaching-untuk-karyawan-potensial). Meski demikian, cukup banyak klien yang masih bingung membedakan antara proses coaching dan konsultasi. Tidak bisa dipungkiri, tidak banyak dari klien yang datang tidak sempat mencari lebih detil dan lebih fokus pada bagaimana konsultan atau coach mampu membantunya menyelesaikan masalah yang dihadapi.

Career coaching dan goal

Tidak salah ketika klien datang membawa paket masalah, alih-alih goal/tujuan/target pencapaian. Mengapa goal? Ini perbedaan utama proses coaching dengan konsultasi atau konseling. Anda bisa membuka link konsultasi karier di sini yang telah memuat beragam permasalahan karier dan pembahasan dari para konsultan karier. Pembahasan yang ada pun beragam, mulai dari memberikan paparan, tips solusi maupun pola coaching yakni dengan memberikan beberapa pertanyaan yang berfungsi mendorong penanya untuk menggali ‘jawaban’ secara terarah.

Secara sederhana, coaching merupakan proses mencapai satu tujuan/goal, sementara konseling, konselor membantu klien untuk menyelesaikan masalah, bukan konselor menyelesaikan masalah klien 🙂 Bagaimana dengan konsultasi? Dalam proses ini, konsultan bertindak sebagai ahli yang akan memberikan berbagai referensi/acuan/tips pada klien.

Goal dan pertanyaan menjadi dua kata kunci dalam proses coaching. Anda tidak akan mendapatkan jawaban, meski dalam implementasinya, banyak klien ‘mencoba memaksa’ coach untuk memberikan tips/jawaban/solusi. Proses ini mendorong klien untuk menggali lebih dalam potensinya, sebab pada intinya, setiap orang memiliki ‘modal’ untuk mencapai tujuannya atau goal. Coach yang akan membantu klien mencapai tujuan tersebut melalui beragam pertanyaan. Pertanyaan ini pun memiliki semacam tingkatan, mulai dari brainstorming hingga menantang klien untuk mengambil langkah yang mungkin berbeda atau melihat satu hal dari perspektif lain.

Career coaching dan pengembangan karier

Apakah penyelesaian masalah karier tidak bisa dilakukan dalam career coaching? Jawabannya…..bisa, coach akan mengarahkan klien ke pencapaian penyelesaian masalah tersebut, bukan bergerak ke belakang untuk mengeksplorasi penyebab masalah. Secara logika, pembahasan penyebab masalah tidak bisa terhindarkan dan diperlukan untuk memberikan pemahaman sebelum kemudian merencanakan langkah ke depan (solusi).

Pertanyaan berikut menggambarkan situasi konsultasi atau konseling: ‘mengapa saya merasa belum maksimal dalam karier ini?’ atau ‘mengapa saya belum bisa menyatu di dengan rekan-rekan kerja tempat kerja baru?’ Dalam career coaching, pertanyaan tersebut tampil berbeda, yakni (menjadi): ‘bagaimana agar saya maksimal menjalani karier ini?’ atau ‘bagaimana agar saya menyatu dengan rekan-rekan kerja di tempat baru?’

Pola ini yang membuat career coaching menjadi salah satu cara tepat bagi pengembangan karier ke depan dan tidak hanya diperuntukkan untuk orang bermasalah atau saat kinerja menurun. Saya melihat masih adanya pemahaman dan praktek coaching yang kurang tepat, yakni sebagai teguran atas kesalahan atau penurunan kinerja karyawan di satu perusahaan. Proses tersebut membuat coaching terkesan negatif, karena begitu terjadi kesalahan maka atasan memberikan coaching.

Jika Anda ingin mengembangkan karier, Anda perlu mempertimbangkan proses career coaching karena di sini, Anda bisa lebih meyakini bahwa Andalah pemilik kendali dalam berkarier. Jangan pula berharap bahwa Anda akan bisa mencapai tujuan atau pengembangan karier tanpa proses, karena dalam career coaching, Anda akan didorong untuk berproses. Dalam proses ini, bukan tidak mungkin Anda akan mengalami kebingungan bahkan kesal. Segala macam emosi tersebut merupakan hal yang wajar dan tidak untuk diabaikan tetapi dipahami dan diterima.

Proses ini akan berhasil dengan syarat adanya komitmen untuk berproses. Mengapa? Seperti yang saya tuliskan di atas bahwa klien memiliki modal dalam mengembangkan diri atau kariernya. Klien yang mengetahui minat, kemampuan, lingkungan, baik dalam kondisi saat ini maupun potensinya. Jangan lupa, klien pula yang memiliki imaginasi untuk arah pengembangannya. Ya…, imaginasi penting karena merupakan anugerah bagi kita semua. Akan tetapi semua itu memerlukan komitmen untuk mewujudkannya. Jika klien telah menyusun rencana dalam satu bulan atau dua minggu, maka tanpa komitmen, tentu pencapaian goal dalam proses coaching hanya khayalan.

Keberhasilan tersebut tidak hanya di tangan klien, melainkan kerjasama yang sinergis dengan career coach sebagai partner. Jika Anda bertanya apa yang saya rasakan sebagai career coach saat menjadi partner, maka jawaban saya adalah: sangat menantang dan so excited!

Anda siap berproses?

 

Tyas
Tyas
Career Coach & HR Consultant - "Mind is Magic"
RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments

konsultankarir on Pilihan, Memilih or Stuck
konsultankarir on Bingung S2
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Memilih Jurusan S2 yang Tepat
konsultankarir on Gagal tes psikotest
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Sulit mendapatkan pekerjaan
konsultankarir on Wawancara dan Psikotest
konsultankarir on Kuis:Career Engager
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Selalu Gagal dalam Interview
konsultankarir on Interview Magic
konsultankarir on Pindah Tempat Kerja
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Psikotes Menggambar
konsultankarir on Memilih Jurusan S2 yang Tepat
konsultankarir on Memilih Jurusan S2 yang Tepat
konsultankarir on Bingung S2
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
Angelina Tria Puspita Rini on Memilih Jurusan S2?!
Lisa on Bingung S2
Fiviiya on Psikotes Menggambar
Wendi Dinapis on Memilih Jurusan S2?!
hasenzah on Memilih Jurusan S2?!
yulida hikmah harahap on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
Galuh Rekyan Andini on Memilih Jurusan S2?!
burhanuddin on Memilih Jurusan S2?!
Dian Camellyna on Kuis:Career Engager
ABDUL RAHMAN on Wawancara dan Psikotest
Melva Ronauli Pasaribu on S1 Teknik Informatika S2 Bagusnya Apa?
Faradillah Rachmadani M.Nur on Memilih Jurusan S2?!
Taufik Halim on Memulai Bisnis Fotografi
Edo on Bingung S2
konsultankarir on Profesi yang sesuai
konsultankarir on Bingung S2
yaya on Bingung S2
konsultankarir on Memilih karir
dewi on Pindah kerja
konsultankarir on Memilih Jurusan S2 yang Tepat
dewi on Pindah kerja
Tyas on ILKOM atau MTI
hary on ILKOM atau MTI
Kiki Widia Martha on Buku ‘My Passion, My Career’
jalil abdul aziz on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
Nono Suharnowo on Bagaimana agar produktif?
syukri on Jujur atau tidak?
Nida shofiya on Bingung pilih fakultas
abdul madjid on Gagal tes psikotest
abdul madjid on Gagal tes psikotest
Aris on Tujuan karir
NURANI on Tujuan karir
dede on Tujuan karir
Rika on Tujuan karir
Djoko triyono on Sulit mendapat pekerjaan
marco on E-mailku unik!
Efik on Memilih karir
noer hasanah on Berminat ke NGO Asing
ilah susilawati on Status dan jenjang karir
yusi bayu dwihayati on Berpindah Karir di Usia 32
dino eko supriyanto on Menyiapkan Business Plan
Gunawan Ardiyanto on 10 Biang Bangkrut UKM
Nahdu on Table Manner
krisnadi on 10 Biang Bangkrut UKM
rani on Table Manner
yuda_dhe on Table Manner
Putrawangsa on Memilih Jurusan S2?!
aira on Time Management
Emi Sugiarti on Sudahkah Anda Peduli?
fitria on Table Manner
Ardiningtiyas on Menuju 'Incompetency Level'
Sri Ratna Hadi on Dari Penjahit ke Penulis
monang halomoan on Program SDM tahunan
merlyn on Ayo, Kreatif!
Silvester Balubun on Table Manner
Avatara on Istimewanya Rasberi
vaniawinona on Table Manner
defianus on Tips Negoasiasi Gaji
Dewi Sulistiono on Meniti Sebatang Bambu
Rena on Tersadar…
Dendi on Ayo, Kreatif!
Denni on Menemukan Mentor