Judul : IKIGAI UNTUK PENSIUNAN: Temukan Tujuan Hidup dan Kebahagiaan Sejati
Penulis : M.Husin Syarbini
Penerbit : Metagraf, Tiga Serangkai, Solo
Halaman : 176
Tahun : 2025
Harga : Rp.34,000,-
Peresensi : Ardiningtiyas Pitaloka
“Menemukan Cahaya Baru di Ujung Perjalanan Karier”
Buku ini mengajak para pembaca untuk menggali kembali lautan mutiara karier yang telah berjalan panjang dan meramu menjadi satu rencana atau peta perjalanan baru. Penulis menambah deretan orang yang ‘menantang’ pandangan bahwa masa pensiun merupakan akhir dari karier, ujung produktivitas, batas dari kontribusi nyata dalam kehidupan sosial dan professional (h.14). Walau demikian, buku ini tidak mengajak pembaca untuk menutup mata dengan beragam tantangan yang langsung menyambut saat menjelang maupun memasuki masa pensiun. Penulis juga menyadari beragam latar belakang dan budaya pembaca, yang tentunya telah menawarkan banyak alternatif untuk menjalani masa pensiun penuh makna. Untuk itu, secara terbuka dan penuh kerendahan hati, penulis lebih mengajak dan menawarkan salah satu konsep yang bisa memperkaya perjalanan baru para purnakarya, yakni konsep IKIGAI dari negeri Sakura.
Empat Pilar Ikigai
Sebagian pembaca mungkin telah mengenal konsep Ikigai, namun mungkin ada yang baru mendengar atau menyimak secara khusus. Penulis mengingatkan atau mengenalkan pembaca tentang konsep Ikigai yang memiliki empat pilar utama: passion, mission, profession, dan vocation. Passion merujuk pada hal yang kita cintai, mission merujuk pada kebutuhan dunia, profession merujuk pada keahlian, serta vocation merujuk pada aspek yang memberikan penghidupan. Konsep dasar ini menawarkan ‘kompas’ berpikir dan memudahkan pembaca untuk mengumpulkan beragam pengalaman dalam satu kotak yang sistematis. Hal ini sangat membantu untuk rancangan peta lebih lanjut.
Buku ini sebenarnya memberikan ruang untuk pembaca membuka halaman secara ‘acak’ tanpa takut kehilangan bangunan dasarnya. Anda akan menemui beberapa pengulangan singkat, seperti konsep Ikigai, maupun kalimat yang mengingatkan tentang masa pensiun. Pengulangan ini sangat membantu pembaca, karena secara keseluruhan penulis mengajak pembaca untuk berbincang santai. Pembaca seperti bertemu teman di beberapa kesempatan yang akan mengawali dengan percakapan singkat yang seringkali berulang, tapi membangun jembatan untuk perbincangan tema lain yang lebih dalam. Setelah selesai menelusuri seluruh halaman, buku ini bisa menjadi teman perjalanan, di mana pembaca bisa membuka lagi halaman secara acak, namun tetap mengingat bangunan dasarnya.
Tantangan Masa Pensiun
Penulisan buku ini diperkuat dengan referensi penelitian di semua bagian, seperti saat memaparkan tantangan psikologis masa pensiun. Masa pensiun dapat dikaitkan dengan kriris identitas, terutama jika individu sangat mengidentikkan dirinya dengan peran professional mereka sebelumnya (Wang & Shi, 2023). Kecemasan finansial juga jamak terjadi dan telah ditunjukkan juga dalam studi Galanis, dkk (2023), di mana hal ini seringkali mendorong individu untuk tetap bekerja guna memastikan kestabilan ekonomi. Tantangan lainnya yang sering terdengar adalah masalah kesehatan fisik, terkait dengan factor kesepian dan isolasi sosial. Studi Smith dan Hirdes (2021) menunjukkan bahwa isolasi sosial yang meningkat dikaitkan dengan resiko lebih tinggi terhadap mortalitas, disabilitas dan demensia.
Konsep Ikigai mengakar pada budaya masyarakat Jepang, khususnya di Okinawa yang memiliki populasi lanjut usia terbanyak dengan kualitas hidup tinggi. Penulis mengajak pembaca untuk melihat pengalaman professional sebagai harta karun yang siap diolah lebih lanjut. Harta karun ini tidak terbatas pada keahlian teknis, namun juga kematangan menghadapi beragam tantangan di dunia kerja yang siap menjadi berbutir-butir mutiara makna hidup. Untuk itu, penulis tidak hanya menawarkan perjalanan sisi finansial setelah pensiun, melainkan lebih luas untuk melahirkan makna hidup ‘kembali’. Pembaca akan diajak memasuki pilihan baru untuk memetakan ulang hidup dan menjelajahi kesempatan baru.
Pemetaan Ulang dan Makna Baru
“Memahami bahwa nilai seseorang tidak hanya diukur dari produktivitas kerja, tetapi juga dari kontribusinya terhadap keluarga, komunitas dan dirinya sendiri, dapat membantu mengurangi kecemasan dan membangun rasa percaya diri di masa pensiun (h.50)”.
Salah satu hal yang mungkin disadari saat memasuki masa pensiun adalah perubahan atau hilangnya rutinitas. Dalam konsep Ikigai, rutinitas bukan hanya kebiasaan, melainkan findasi yang memberikan struktur, stabilitas serta memberikan rasa tujuan dalam kehidupan sehari-hari (h.115). Hal ini sejalan dengan makna ikigai itu sendiri, yakni alasan untuk hidup. Penulis menawarkan pembahasan singkat namun menarik terkait rutinitas harian, mulai dari suasana hati, menjaga aktivitas fisik, pola makan, relasi sosial sampai pola tidur yang sehat. Rutinitas ini tentu disertai fleksibilitas, karena studi juga menunjukkan bahwa kombinasi antara struktur yang terencana dan fleksibilitas dalam menjalankan aktivitas dapat meningkatkan perasaan kebahagiaan dan mengurangi stress (Tsabary, dkk, 2022).
Jika saat membaca Anda mencoba membayangkan contoh nyata masa pensiun yang bermakna, penulis juga menyajikan kisah inspiratif yang menarik. Kisah ini memang dari tokoh dunia dan nasional, namun tidak membuat buku ini tidak membumi. Penulisan buku ini mengalir dengan bahasa sederhana sehari-hari dan bisa membuat pembaca terhenyak ketika sampai di ujung halaman. Penulis juga memberikan beberapa tantangan menarik untuk pembaca berdialog dan menggali diri sendiri secara jujur. Pembaca akan menemui kuis singkat untuk mengenali diri sendiri sampai latihan untuk pemetaan ulang dan menemukan makna baru.
Secara khusus, hidangan buku ini memang ditujukan bagi pembaca yang menjelang atau telah memasuki masa pensiun. Akan tetapi, buku ini juga sangat membantu pembaca yang bekerja di perusahaan/instansi, khususnya yang bertugas merancang masa persiapan pensiun karyawan.
Selamat menyongsong perjalanan baru penuh makna!

