Dear Konsultan Karier
Saya adalah fresh graduate sarjana teknik jurusan arsitektur, dari salah satu universitas swasta yang cukup terkenal di Bandung. Awalnya saya masuk jurusan arsitektur, karena ingin menggantikan cita-cita Ibu saya yang tidak tercapai, yaitu sebagai seorang arsitek. Kebetulan saya pun hobi menggambar dan menyukai pelajaran matematika, yang di mana (katanya) sangat menunjang untuk mempelajari arsitektur. Namun ketika saya kuliah, tepatnya pas semester 2, saya merasa passion saya tidak di bidang arsitektur.
Ketika semester akhir, saya baru menyadari passion saya, yaitu dibidang jurnalistik. Ya, saya baru menyadari juga bahwa saya jauh lebih menyukai hobi saya yang lain yaitu menulis, daripada menggambar. Selain itu saya suka bercerita dan travelling. Setiap habis travelling, saya selalu menulis ulang pengalaman saya tersebut. Saya memang tidak suka kegiatan yang statis dan lebih suka kegiatan di lapangan..
Namun, saya tidak memiliki latar belakang pendidikan dari bidang komunikasi sama sekali untuk menjadi jurnalis. Tapi saya mau untuk belajar, bahkan dari nol, untuk bisa menjadi jurnalis. Tapi, ketika saya melamar untuk menjadi jurnalis, kemungkinan saya untuk diterima pasti jauh lebih kecil daripada orang-orang yang memang latar belakang pendidikannya sesuai dengan bidang tersebut. Selain itu, kalau saya baru mulai belajar dari sekarang, itu sudah pasti akan telat sekali bukan, dibandingkan orang2 yang memang sudah mempelajari bidang tersebut sebelumnya.
Saya bingung jadinya, apakah tetap mengejar passion saya tersebut, atau mencari kerja sesuai dengan latar belakang pendidikan saya? Adakah saran untuk saya dalam menghadapi dilema ini? Apakah terlalu naif untuk mengejar passion saya tersebut? Lalu, kalau saya baru belajar sekarang, kapan saya bisa memulai bekerja?
Terima kasih 🙂
NN
Dear NN,
Senangnya masih banyak yang terus tertarik dengan dunia jurnalistik. Jika ditelisik lebih jauh, sebenarnya, banyak di antara para jurnalis yang tidak berangkat dari latar belakang pendidikan komunikasi ataupun jurnalistik. Saya sendiri berlatar belakang Hubungan Internasional. Jadi, tidak memiliki pendidikan jurnalis bukanlah alasan tidak bisa menjadi seorang wartawan.
Menulis, hal paling dominan saat menjadi jurnalistik memerlukan passion yang kuat. Karena itulah, siapapun yang gemar menulis, sangat mungkin menjadi jurnalis. menuliskan apa yang dilihat, didengar, dipikirkan, dan dirasakan sepertinya tidak membutuhkan pendidikan tertentu. Terkait soal bagaimana menjadi jurnalis yang baik, bisa dilakukan sembari jalan. Learning by doing, why not?
Terkait menjadi travel writer, sebenarnya saya sarankan untuk tidak langsung mengkualifikasikan diri untuk itu. Siapa tidak suka traveling? Hampir semua orang suka. Kesukaan kamu menuliskan pengalaman traveling itu bukan berarti kamu harus menjadi travel writer. Bisa jadi, kamu menulis pengalaman itu karena memang perjalanan yang baru saja kamu lalu sangat menyenangkan.
Saran saya, bagaimana dengan penulis atau jurnalis arsitektur? Pendidikan dan hobi kamu menulis bisa tersalurkan dengan baik. Sebagai penulis atau jurnalis, sebaiknya memang terbuka untuk bisa menulis segala hal. Pasalnya, sangat mungkin, jika kamu menjadi jurnalis, akan terkena rolling untuk meliput bidang lain. Inilah salah satu kelebihan jurnalis, tahu sedikit tentang banyak hal 🙂
Salam,
Vriana Indriasari
lihat profile: http://www.konsultankarir.com/get-help/our-kaka