Friday, June 13, 2025
HomePerspectiveArtikelMengatasi Kesenjangan Generasi di Tempat Kerja

Mengatasi Kesenjangan Generasi di Tempat Kerja

Dunia kerja saat ini dipenuhi oleh angkatan kerja dari multigenerasi. Mulai dari Generasi Baby Boomers (kelahiran 1946-1964) sebanyak 25%, Generasi X (kelahiran 1965-1980) 33%, Generasi Y atau Milenial (kelahiran 1981-1996) 35%, dan Generasi Z (kelahiran 1997-2012) 5%.  

Masing-masing generasi tumbuh di era yang berbeda-beda dan memiliki keunikannya masing-masing. Perbedaan ini, menciptakan variasi dalam pola pikir, gaya komunikasi, sudut pandang, dan gaya kerja. Untuk itu kita perlu memahami karakteristik dari masing-masing generasi, agar tidak menimbulkan kesenjangan generasi atau generation gapdi tempat kerja. Untuk mengatasi kesenjangan generasi, kita dapat menggunakan cara-cara berikut ini:

1. Rutin menjalin komunikasi

Tantangan utama dari generation gap adalah komunikasi. Tumbuh di era yang berbeda membuat masing-masing generasi memiliki gaya komunikasi yang berbeda-beda. Untuk mengatasinya, kita perlu rajin membuka komunikasi, sebab komunikasi adalah kunci untuk memahami perbedaan.

Dengan rutin menjalin komunikasi, kita dapat memahami cara komunikasi yang paling efektif dan menemukan titik temu yang nyaman bagi semua pihak. Kita juga dapat memahami karakter, hingga hal yang disukai dan kurang disukai dari masing-masing generasi saat berkomunikasi.

2. Bersikap terbuka

Bersikap terbuka penting dimiliki semua kelompok generasi. Kita tidak perlu takut pada pelabelan yang ditempelkan oleh kelompok dari masing-masing generasi. Dengan memiliki pemikiran terbuka membantu kita belajar banyak hal yang bermanfaat untuk membantu kita saat bekerja.

Setiap generasi memiliki banyak hal yang bisa dipelajari oleh generasi lain. Bersikap terbuka dapat ditunjukan dengan membangun komunikasi yang baik, menghargai setiap perbedaan dan pendapat, menerima masukan dan kritikan, dan lain sebagainya.

3. Saling menghormati

Sikap saling menghargai dan menghormati dapat membantu kita untuk mengurangi generation gap di tempat kerja. Sikap saling menghormati rekan kerja lain tanpa memandang umur dan generasi perlu terus dikembangkan.

Contohnya, jika kita bekerja dengan rekan kerja yang usianya jauh lebih muda, sikap menghormati dapat ditunjukkan dengan meminta pendapat mereka dan mengakui kontribusi mereka di tempat kerja. Sebaliknya, jika rekan kerja kita berusia jauh lebih tua, sikap menghormati bisa ditunjukkan dengan dengan meminta nasihat tentang pekerjaan, sehingga kita bisa mendapatkan berbagai pengalaman dan pengetahuan berdasarkan pengalaman mereka.

4. Saling berkolaborasi

Meskipun memiliki karakteristik dan perspektif yang berbeda, namun berkolaborasi antar generasi sangat dibutuhkan saat bekerja. Agar kita semua dapat mencapai tujuan bersama dan membawa manfaat untuk perusahaan. Kolaborasi yang baik antar generasi bisa berupa pertukaran pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman antar generasi.

Misalnya, generasi Y dan Z yang memiliki pemikiran yang cenderung out of the box diimbangi oleh pemikiran generasi Baby boomers dan generasi X yang lebih berpengalaman sehingga terciptalah suatu solusi yang aplikatif. Begitupun sebaliknya, Generasi Baby boomers dan generasi X dapat belajar dari rekan kerja generasi Y dan Z untuk mendapatkan pelajaran tentang tren dan teknologi terkini.

5. Menghabiskan waktu di luar kantor

Cara terakhir untuk mengatasi generation gap, yaitu dengan menghabiskan waktu di luar kantor. Tidak jarang di tempat kerja kita sering menemui pekerja yang cenderung hanya berteman dengan yang usianya sepantaran saja. Sebaiknya mulai mengubahnya dari sekarang. Kita harus saling mendekatkan diri dan berbaur dengan semua generasi, salah satu caranya dengan melakukan aktivitas bersama di luar kantor yang bisa meningkatkan keakraban. 

Kita dapat membuat acara kumpul-kumpul atau kegiatan rutin yang dinikmati oleh semua kalangan generasi. Dengan menghabiskan waktu di luar kantor, kita dapat saling mendekatkan diri dan memecahkan dinding formalitas, sehingga kita menjadi akrab satu sama lain yang berbeda generasi

Walaupun generation gap seringkali membuat antar generasi tidak sejalan, bukan berarti kita tidak bisa mengatasinya. Dengan melakukan cara-cara di atas dapat mengecilkan kesenjangan generasi yang ada. Penting untuk memperlakukan setiap individu sebagaimana adanya sebagai individu. Hindari membuat asumsi berdasarkan generasi seseorang, akan lebih baik lagi jika kita mengenal setiap rekan kerja secara personal.

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments

konsultankarir on Pilihan, Memilih or Stuck
konsultankarir on Bingung S2
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Memilih Jurusan S2 yang Tepat
konsultankarir on Gagal tes psikotest
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Sulit mendapatkan pekerjaan
konsultankarir on Wawancara dan Psikotest
konsultankarir on Kuis:Career Engager
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Selalu Gagal dalam Interview
konsultankarir on Interview Magic
konsultankarir on Pindah Tempat Kerja
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Psikotes Menggambar
konsultankarir on Memilih Jurusan S2 yang Tepat
konsultankarir on Memilih Jurusan S2 yang Tepat
konsultankarir on Bingung S2
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
Angelina Tria Puspita Rini on Memilih Jurusan S2?!
Lisa on Bingung S2
Fiviiya on Psikotes Menggambar
Wendi Dinapis on Memilih Jurusan S2?!
hasenzah on Memilih Jurusan S2?!
yulida hikmah harahap on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
Galuh Rekyan Andini on Memilih Jurusan S2?!
burhanuddin on Memilih Jurusan S2?!
Dian Camellyna on Kuis:Career Engager
ABDUL RAHMAN on Wawancara dan Psikotest
Melva Ronauli Pasaribu on S1 Teknik Informatika S2 Bagusnya Apa?
Faradillah Rachmadani M.Nur on Memilih Jurusan S2?!
Taufik Halim on Memulai Bisnis Fotografi
Edo on Bingung S2
konsultankarir on Profesi yang sesuai
konsultankarir on Bingung S2
yaya on Bingung S2
konsultankarir on Memilih karir
dewi on Pindah kerja
konsultankarir on Memilih Jurusan S2 yang Tepat
dewi on Pindah kerja
Tyas on ILKOM atau MTI
hary on ILKOM atau MTI
Kiki Widia Martha on Buku ‘My Passion, My Career’
jalil abdul aziz on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
Nono Suharnowo on Bagaimana agar produktif?
syukri on Jujur atau tidak?
Nida shofiya on Bingung pilih fakultas
abdul madjid on Gagal tes psikotest
abdul madjid on Gagal tes psikotest
Aris on Tujuan karir
NURANI on Tujuan karir
dede on Tujuan karir
Rika on Tujuan karir
Djoko triyono on Sulit mendapat pekerjaan
marco on E-mailku unik!
Efik on Memilih karir
noer hasanah on Berminat ke NGO Asing
ilah susilawati on Status dan jenjang karir
yusi bayu dwihayati on Berpindah Karir di Usia 32
dino eko supriyanto on Menyiapkan Business Plan
Gunawan Ardiyanto on 10 Biang Bangkrut UKM
Nahdu on Table Manner
krisnadi on 10 Biang Bangkrut UKM
rani on Table Manner
yuda_dhe on Table Manner
Putrawangsa on Memilih Jurusan S2?!
aira on Time Management
Emi Sugiarti on Sudahkah Anda Peduli?
fitria on Table Manner
Ardiningtiyas on Menuju 'Incompetency Level'
Sri Ratna Hadi on Dari Penjahit ke Penulis
monang halomoan on Program SDM tahunan
merlyn on Ayo, Kreatif!
Silvester Balubun on Table Manner
Avatara on Istimewanya Rasberi
vaniawinona on Table Manner
defianus on Tips Negoasiasi Gaji
Dewi Sulistiono on Meniti Sebatang Bambu
Rena on Tersadar…
Dendi on Ayo, Kreatif!
Denni on Menemukan Mentor