Friday, April 19, 2024
HomeSaya dan KarirResolusi Karir, Trend atau Apresiasi?

Resolusi Karir, Trend atau Apresiasi?

“Do not try to change yourself ? you are unlikely to succeed. Work to improve the way you perform” (Peter F.Drucker,2002)

Apa resolusi tahun 2010? Adalah kado awal tahun bagi saya, Anda, dia, mereka. Tema resolusi mulai bergema di akhir tahun dan mencapai puncaknya di awal tahun, yakni Januari. Pentingkah?

Coba kita jawab beberapa pertanyaan berikut; apakah saya menghargai diri sendiri? apakah saya menghargai karir (pekerjaan) saya? apakah saya mempercayai diri sendiri? apakah saya yakin mampu meninkatkan karir saya? apakah saya menghargai dukungan orang lain (pasangan, keluarga, sahabat)? apakah saya yakin mampu memberikan yang terbaik untuk mereka?

Jika tersungging senyuman di bibir, disertai ?Hehehe.. ya iyalaaah…!? Maka resolusi menjadi kado (apresiasi) untuk Anda sendiri dan orang terdekat kita (dari Anda).

Abaikan ?waktu?, bahwa saat ini adalah minggu ke dua di bulan Januari. Bahkan, Anda berhak untuk membuka kembali memori resolusi yang tercetus di hari pertama kita memasuki awal tahun. It?s all yours!

Kini, bagaimana merangkai apresiasi awal tahun untuk diri hingga menjadi persembahan cantik bagi orang special dalam hidupAnda? Merumuskan resolusi juga salah satu strategi manajemen diri. Tiga pertanyaan utama untuk menghantar kita dalam mengelola diri dalam berkarir adalah: (a) bagaimana performa kerja saya? (b) bagaimana cara saya belajar? dan (c) Apakah saya bekerja optimal dengan orang atau ?sendiri??

Performa kerja juga seunik kekuatan diri. Apakah Anda seorang pembaca atau pendengar? Franklin D. Roosevelt dan Harry Truman sangat menikmati tampil di konferensi pers bebas. Mereka tidak harus membaca (mempelajari) daftar pertanyaan sebelum konferensi pers. Dalam eranya, mereka menjadi darling of media di negeri Paman Sam.

Kedua presiden itu adalah tipikal pendengar dalam performanya. Lain dengan Lyndon Johnson, yang tidak mengetahui dirinya seorang pendengar. Ia mempertahankan staff presiden sebelumnya yaitu John Kennedy. Kennedy telah membangun sekelompok penulis briliant yang memastikan adanya memo sebelum diskusi. Maka, Johnson tidak pernah bisa betul-betul memahami apa yang ditulis oleh para asistennya (yang telah menyusun memo dengan briliant!).

Bagaimana saya belajar? Komposer Beethoven adalah seorang pembelajar dengan menulis. Beethoven dikenal banyak membuat sketsa di buku, meski tidak selalu dilihatnya kembali. ?If I don?t write it down immediately, I forget it right away. If I put it into sketchbook, I never forget it and I never to look it up again,?

Biasanya mereka selalu membawa buku saku untuk menuangkan ide dan ?berdiskusi? dengan pikiran-pikiran lain di atas lembar kertas. Tipikal belajar ini bisa dimiliki oleh semua profesi. Mungkin Anda menebak beberapa seperti penulis, dosen, peneliti, desainer termasuk politikus dan lainnya.

Sebagian orang belajar dengan cara menulis, yang lain, dengan berbicara.

Apakah Anda pernah menemui seseorang yang senang memaparkan ide, pikiran, impian dan sedikit sekali mengundang pendapat pendengarnya? Pernahkan mendapatkan bos yang sering mengumpulkan anak buahnya untuk ia presentasi? Ia tidak selalu membutuhkan feedback, karena begitulah cara pikirannya bekerja, dengan berbicara pada orang lain (audiens). Mungkin Anda teringat seorang rekan yang ?terkenal? omong doang, yang diperlukan adalah bagaimana mengenali saat ia memang membutuhkan diskusi dan didengarkan. Dua hal berbeda yang harus disadari si ?pembicara? dan sekitarnya.

Pengacara, termasuk pembicara publik kemungkinan memiliki model pembelajaran personal semacam ini. Mereka bisa melakukan proses belajar ini dengan rekan-rekannya sebelum tampil di hadapan sidang. Ingat, ini bukan sekedar latihan namun cara mereka belajar.

Adakah yang belajar dengan cara mendengar dan (atau) membaca?

Metode ini yang sebenarnya ?dipaksakan? oleh sistem sekolah di seluruh dunia. Asumsi bahwa semua siswa mampu belajar dengan cara mendengar dan membaca. Winston Churchill, yang juga seorang penulis, mengalami masa-masa buruk di sekolah. Ia tidak mampu menunjukkan prestasi membanggakan karena tidak optimal belajar tanpa menulis.

Apakah saya optimal bekerja dengan orang lain atau ?sendiri?? Tentu saja, tidak ada orang yang benar-benar bekerja sendiri. Makna sendiri di sini adalah sifat pekerjaannya, misal konsultan yang bekerja face to face dengan klien, penulis, pelukis, desainer. Mereka yang memainkan ide dalam dalam sel kelabunya sendiri, juga menampilkannya secara ?individual?.

Jika Anda lebih optimal bekerja dengan orang lain, bagaimana interaksinya? Seorang pembuat keputusan tidak selalu menjadi penasehat yang sukses, begitu juga sebaliknya. Ada kalanya seorang pembuat keputusan membutuhkan ?paksaan? penasehat dengan segala pertimbangannya untuk mengambil keputusan. Sebaliknya, seorang penasehat bisa tampil buruk ketika harus mengambil keputusan dari pertimbangan-pertimbangan yang diciptakannya sendiri!

Sebagian dari kita tampil optimal sebagai pemimpin, sebagian sebagai anggota tim. Seperti juga ia yang sukses sebagai mentor, trainer belum tentu optimal menjadi konsultan individual. Pola interaksi klasikal berbeda dengan individual, gaya komunikasi, fokus perhatian, analisa, dsb.

Berbekal tiga tema besar ini, Anda bisa mulai (kembali) merumuskan resolusi tahun 2010 yang menyegarkan & energizing… (AP-KK)

Sumber:

Drucker, Peter F. (2002) Managing Oneself dalam Harvard Business Review on Managing Your Career. Boston; Harvard Business School Publishing Corporation.

Tyas
Tyas
Career Coach & HR Consultant - "Mind is Magic"
RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments

konsultankarir on Pilihan, Memilih or Stuck
konsultankarir on Bingung S2
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Memilih Jurusan S2 yang Tepat
konsultankarir on Gagal tes psikotest
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Sulit mendapatkan pekerjaan
konsultankarir on Wawancara dan Psikotest
konsultankarir on Kuis:Career Engager
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Selalu Gagal dalam Interview
konsultankarir on Interview Magic
konsultankarir on Pindah Tempat Kerja
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Psikotes Menggambar
konsultankarir on Memilih Jurusan S2 yang Tepat
konsultankarir on Memilih Jurusan S2 yang Tepat
konsultankarir on Bingung S2
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
Angelina Tria Puspita Rini on Memilih Jurusan S2?!
Lisa on Bingung S2
Fiviiya on Psikotes Menggambar
Wendi Dinapis on Memilih Jurusan S2?!
hasenzah on Memilih Jurusan S2?!
yulida hikmah harahap on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
Galuh Rekyan Andini on Memilih Jurusan S2?!
burhanuddin on Memilih Jurusan S2?!
Dian Camellyna on Kuis:Career Engager
ABDUL RAHMAN on Wawancara dan Psikotest
Melva Ronauli Pasaribu on S1 Teknik Informatika S2 Bagusnya Apa?
Faradillah Rachmadani M.Nur on Memilih Jurusan S2?!
Taufik Halim on Memulai Bisnis Fotografi
Edo on Bingung S2
konsultankarir on Profesi yang sesuai
konsultankarir on Bingung S2
yaya on Bingung S2
konsultankarir on Memilih karir
dewi on Pindah kerja
konsultankarir on Memilih Jurusan S2 yang Tepat
dewi on Pindah kerja
Tyas on ILKOM atau MTI
hary on ILKOM atau MTI
Kiki Widia Martha on Buku ‘My Passion, My Career’
jalil abdul aziz on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
Nono Suharnowo on Bagaimana agar produktif?
syukri on Jujur atau tidak?
Nida shofiya on Bingung pilih fakultas
abdul madjid on Gagal tes psikotest
abdul madjid on Gagal tes psikotest
Aris on Tujuan karir
NURANI on Tujuan karir
dede on Tujuan karir
Rika on Tujuan karir
Djoko triyono on Sulit mendapat pekerjaan
marco on E-mailku unik!
Efik on Memilih karir
noer hasanah on Berminat ke NGO Asing
ilah susilawati on Status dan jenjang karir
yusi bayu dwihayati on Berpindah Karir di Usia 32
dino eko supriyanto on Menyiapkan Business Plan
Gunawan Ardiyanto on 10 Biang Bangkrut UKM
Nahdu on Table Manner
krisnadi on 10 Biang Bangkrut UKM
rani on Table Manner
yuda_dhe on Table Manner
Putrawangsa on Memilih Jurusan S2?!
aira on Time Management
Emi Sugiarti on Sudahkah Anda Peduli?
fitria on Table Manner
Ardiningtiyas on Menuju 'Incompetency Level'
Sri Ratna Hadi on Dari Penjahit ke Penulis
monang halomoan on Program SDM tahunan
merlyn on Ayo, Kreatif!
Silvester Balubun on Table Manner
Avatara on Istimewanya Rasberi
vaniawinona on Table Manner
defianus on Tips Negoasiasi Gaji
Dewi Sulistiono on Meniti Sebatang Bambu
Rena on Tersadar…
Dendi on Ayo, Kreatif!
Denni on Menemukan Mentor