Friday, March 29, 2024
HomeArtikelExperiencedMeraih semua cita tapi tak bahagia

Meraih semua cita tapi tak bahagia

Entah apa yang ada di perasaan saya 3 bulan terakhir ini, sehingga setiap kali saya merasakan hal ini seketika badan saya nyeri dan hangat. Dulu saya merasa orang terbaik walaupun begitu perasaan rendah hati karena merasa terbaik muncul dengan sendirinya karena cita-cita saya besar dan mulia. Saya seorang mahasiswi biasa yang bekerja sambilan sebagai penari, di saat teman teman saya mempunyai ini itu saya memilih sederhana bahagia dengan hidup saya, dulu saya senang ketika orang meremehkan justru dalam hati saya bisa dengan mudah mengalahkan orang tersebut. Saya tahu semakin orang-orang meremehkan saya, saya lebih baik dari mereka.

Dulu walaupun saya yang terbaik daripada teman-teman saya (menang juara,dapat uang yang lebih besar, banyak fans), tapi saya hidup sederhana. Saya tinggal di kos yang amat kecil, berbeda dengan mereka. Teman di kampus saya hanya sedikit tapi saya pekerja keras. Sehingga dalam organisasi mereka sering menjauhi tanpa sebab meskipun saya selalu berbuat baik kepada mereka. Mereka iri dengan saya, tapi saya senang mereka iri.

Saya dulu bukan apa-apa, hanyalah seorang pemimpi yang selalu percaya akan mimpi-mimpi besarnya.
Sekarang mimpi-mimpi itu terwujud, saya tinggal di apartemen mewah, bulan kemarin saya ke Paris (kota yang menjadi impianku sejak dulu) Jerman, Belgia dll, semua hal yang dulu saya impikan, dan passion saya sejak dulu saya dapat kan begitu saja. Tapi entah kenapa, saya merasa ketika semua ini terwujud saya tidak sebahagia dulu ketika saya mengejar nya. Orang yang dulu mencemooh saya, mereka jadi berubah baik kepada saya. Saya justru iri dengan teman-teman dekat saya sekarang, (padahal dulu saya yang diiriin) mereka bahagia padahal level achievementnya di bawah saya.

Saya merindukan diri saya yang dulu sangat amat berhasrat ketika mengejar mimpi dan mencintai apa yang saya dapat. Saya rindu diri saya yang mencintai apa yg saya miliki walau tidak punya apa-apa, saya rindu diri saya yang bahagia karena tau akan mengalahkan orang yang meremehkan saya.
Sekarang memang saya jauh lebih tinggi diatas mereka. Harusnya saya bahagia……
Harusnya…….

Tapi yang saya tahu dunia berputar, seperti apa yang selalu terjadi kepada saya. (kadang kita diatas dan dibawah). Saya iri melihat teman-teman saya, mungkin saja suatu saat dia akan lebih sukses dari saya. Saya takut… Saya takut melihat mereka mengalahkan saya nantinya.

Saya tidak bahagia. Meskipun apa yang saya impikan sekarang menjadi nyata dan akhir tahun ini mimpi besar saya selanjutnya akan menjadi nyata (lagi), yaitu ke New York. Hal yg dulu saya puja dan saya ceritakan, tapi justru saya tidak punya passion lagi, saya tidak berhasrat lagi, saya bosan tapi saya tidak percaya karena itu adalah hal yang menjadi tujuan saya sejak awal.

Apakah ini?
Saya tidak lagi damai atas apa yang saya peroleh,
Saya jadi sulit berempati dengan orang lain, Saya jadi sulit memberi,
Saya bingung antara ingin sombong kepada orang-orang yang meremehkan saya (agar mereka tau rasa), ingin mencapai lebih, ingin bersyukur, ingin mulai dari bawah atau seperti apa?. Semuanya tidak membuat saya bahagia, saya membaca buku motivasi tapi malah membuat saya muak (padahal dulu senang membaca buku motivasi).

Hubungan saya dengan Pak Donny, Marco orang yang saya anggap hebat tidak seperti dulu lagi.
Saya tidak menarik mereka lagi, semesta tidak membiarkan perasaan kami terikat seperti dulu. Kami semakin jauh, walaupun dekatpun rasanya sudah tidak ada chemistry lagi dengan orang hebat itu. Kenyataanya sekarang: Kami menjadi dua orang yang berbeda… atau saya yang berbeda…yang jelas setiap kali perasaan itu muncul, hati saya tidak damai dan badan seketika lemas dan hangat, kepalaku pusing tanpa sebab. Hati saya tidak lagi damai dengan orang di sekitar. Saya anggap mereka lebih bahagia daripada saya..Sekarang saya jarang berdoa, karena lebih percaya diri sendiri daripada Tuhan. Sulit akal saya menerima Tuhan saat ini atas apa yang saya raih.

Apa yang harus saya lakukan…terhadap semua ini, tidakkah seharusnya saya bahagia terhadap apa yang saya dapat…..Sayangnya tidak…

-Andrea-

Dear Sdr. Andrea,

Terima kasih telah berbagi dengan kami di forum ini.

Kami ingin Anda coba mencermati kembali perlahan surat Anda, kemudian bacalah dua kali pada kalimat atau kata yang kami tebalkan.

Selanjutnya, tanyakan pada diri Anda sendiri, apakah yang menggerakkan diri selama ini, apakah dorongan untuk meraih sesuatu karena menyukai hal tersebut, atau dorongan mengalahkan orang lain-ataukah ada kata yang Anda rasa lebih mewakili?

Dalam surat Anda, Anda memposisikan diri sebagai korban dari perlakuan, sikap dan kondisi kurang/tidak menyenangkan. Ini titik tolak gerak Anda hingga meraih apa yang Anda yakini sebagai passion. Sebenarnya, passion merupakan energi positif yang ‘cenderung’ mengabaikan sikap orang lain /kondisi sekitar dalam arti yang luas. ‘Pesaing utama’ dari passion adalah diri sendiri, karena itu, komitmen menjadi bekal utama untuk mewujudkan passion. Halangan yang harus ‘dikalahkan’ adalah perasaan putus asa, ketakutan gagal, dan gangguan-gangguan lain yang membuat kita tidak fokus. Pembuktian passion lebih ke diri sendiri, meskipun dalam kenyataannya sangat mungkin ada pihak yang menjadi target untuk pembuktian, misalnya orangtua atau lainnya.

Anda menyadari memiliki potensi dan daya juang untuk mewujudkan potensi tersebut, namun Anda sepertinya lebih memilih ‘rasa iri (orang lain) dan diremehkan’ tidak hanya sebagai titik tolak namun juga energi. Anda membawa serta kemarahan dalam perjalanan karier ini. Anda seolah membawa serta dan selalu orang-orang yang meremehkan, hingga secara tidak sadar, Anda ‘membutuhkan’ sikap negatif tersebut untuk bergerak. Anda ‘membutuhkan keberadaan orang yang meremehkan dan iri’ untuk mewujudkan/meraih sesuatu.

Anda tidak bergerak karena menginginkan atau mencintai sesuatu itu sendiri.

Kemarahan karena merasa diremehkan bukan hal yang sama sekali terlarang. Tidak sedikit orang yang menjadikan titik tolak untuk mengubah keadaan menjadi lebih baik. Akan tetapi, menjadikan bola panas ini sebagai energi perjalanan karier kemungkinan besar membuat Anda melupakan energi positif dalam diri sendiri. Jika terus berlanjut, maka rasa marah tidak lagi pada orang lain, namun pada diri sendiri, karena ada bagian diri yang terabaikan.

Apabila kondisi diri ini memang mengganggu aktivitas dan kehidupan Anda, kami sarankan untuk lebih menginvestasikan waktu untuk diri sendiri. Bekerjasamalah dengan pihak yang tepat, seperti psikolog atau konselor yang terdekat di kota Anda untuk mengurai hal-hal yang bersifat psikologis. Anda akan mendapatkan teknik yang tepat bagi diri sendiri untuk mengelola permasalahan dan kondisi psikologis lebih dalam.

Harapan kami, Anda akan lebih mengenali diri sendiri melebihi dari yang telah tertulis dalam surat ini. Berilah kesempatan pada diri sendiri, karena Anda layak mendapatkannya 🙂

“Kebahagiaan adalah hak tiap insan, namun tidak semua hadir begitu saja seperti bintang di langit tak berawan”

Terima kasih, semoga dapat membantu.

Salam,

Tim Konsultankarir.com

Tyas
Tyas
Career Coach & HR Consultant - "Mind is Magic"
RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments

konsultankarir on Pilihan, Memilih or Stuck
konsultankarir on Bingung S2
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Memilih Jurusan S2 yang Tepat
konsultankarir on Gagal tes psikotest
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Sulit mendapatkan pekerjaan
konsultankarir on Wawancara dan Psikotest
konsultankarir on Kuis:Career Engager
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Selalu Gagal dalam Interview
konsultankarir on Interview Magic
konsultankarir on Pindah Tempat Kerja
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Psikotes Menggambar
konsultankarir on Memilih Jurusan S2 yang Tepat
konsultankarir on Memilih Jurusan S2 yang Tepat
konsultankarir on Bingung S2
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
Angelina Tria Puspita Rini on Memilih Jurusan S2?!
Lisa on Bingung S2
Fiviiya on Psikotes Menggambar
Wendi Dinapis on Memilih Jurusan S2?!
hasenzah on Memilih Jurusan S2?!
yulida hikmah harahap on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
Galuh Rekyan Andini on Memilih Jurusan S2?!
burhanuddin on Memilih Jurusan S2?!
Dian Camellyna on Kuis:Career Engager
ABDUL RAHMAN on Wawancara dan Psikotest
Melva Ronauli Pasaribu on S1 Teknik Informatika S2 Bagusnya Apa?
Faradillah Rachmadani M.Nur on Memilih Jurusan S2?!
Taufik Halim on Memulai Bisnis Fotografi
Edo on Bingung S2
konsultankarir on Profesi yang sesuai
konsultankarir on Bingung S2
yaya on Bingung S2
konsultankarir on Memilih karir
dewi on Pindah kerja
konsultankarir on Memilih Jurusan S2 yang Tepat
dewi on Pindah kerja
Tyas on ILKOM atau MTI
hary on ILKOM atau MTI
Kiki Widia Martha on Buku ‘My Passion, My Career’
jalil abdul aziz on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
Nono Suharnowo on Bagaimana agar produktif?
syukri on Jujur atau tidak?
Nida shofiya on Bingung pilih fakultas
abdul madjid on Gagal tes psikotest
abdul madjid on Gagal tes psikotest
Aris on Tujuan karir
NURANI on Tujuan karir
dede on Tujuan karir
Rika on Tujuan karir
Djoko triyono on Sulit mendapat pekerjaan
marco on E-mailku unik!
Efik on Memilih karir
noer hasanah on Berminat ke NGO Asing
ilah susilawati on Status dan jenjang karir
yusi bayu dwihayati on Berpindah Karir di Usia 32
dino eko supriyanto on Menyiapkan Business Plan
Gunawan Ardiyanto on 10 Biang Bangkrut UKM
Nahdu on Table Manner
krisnadi on 10 Biang Bangkrut UKM
rani on Table Manner
yuda_dhe on Table Manner
Putrawangsa on Memilih Jurusan S2?!
aira on Time Management
Emi Sugiarti on Sudahkah Anda Peduli?
fitria on Table Manner
Ardiningtiyas on Menuju 'Incompetency Level'
Sri Ratna Hadi on Dari Penjahit ke Penulis
monang halomoan on Program SDM tahunan
merlyn on Ayo, Kreatif!
Silvester Balubun on Table Manner
Avatara on Istimewanya Rasberi
vaniawinona on Table Manner
defianus on Tips Negoasiasi Gaji
Dewi Sulistiono on Meniti Sebatang Bambu
Rena on Tersadar…
Dendi on Ayo, Kreatif!
Denni on Menemukan Mentor