Friday, March 29, 2024
HomePerspectiveArtikelMengatasi Grogi

Mengatasi Grogi

Grogi atau nervous seringkali menghampiri tanpa undangan. Momen yang paling terasa adalah pada saat akan melakukan presentasi, wawancara kerja, menemui atasan, atau memasuki lingkungan kerja baru. Catatan kecil ini tidak akan focus pada salah satu proses tersebut melainkan ingin menawarkan sejumlah tips kecil untuk menenangkan diri.

Mengatur nafas. Coba ingat-ingat, bahwa grogi juga salah satu bentuk kepanikan dalam level lebih ringan. Perasaan cemas dan panic ini memicu adrenalin yang menyebabkan kita bernafas lebih pendek, cepat dan tidak teratur. Cobalah untuk menarik nafas lebih panjang dan dalam. Proses ini akan mensuplai oksigen ke otak lebih baik (teratur) dan melambatkan irama tubuh. Ini sebetulnya trik motorik untuk menenangkan dan meyakini secara fisik bahwa kita bisa lebih tenang. Contoh kecil lainnya ketika grogi adalah suara kita terasa bergetar, hal ini sebenarnya disebabkan oleh nafas yang tidak teratur. Latihlah ketrampilan kecil ini setiap saat, tidak hanya menjelang presentasi atausaat melakukan presentasi, melainkan saat Anda merasa kesal atau panic, seperti terjebak di tengah kemacetan atau menunggu rekan untuk pertemuan, dsb.

Minum air (putih). Adrenalin juga dapat menyebabkan mulut terasa kering sehingga lidah terasa/menjadi kelu. Bisa juga merambat pada kerongkongan yang terasa kering. Cobalah untuk minum sedikit air (seperti mencicipi) sekedar membahasi mulut. Hal ini bisa dilakukan ketika akan masuk ke tema pembicaraan utama sehingga suara terdengar lebih jelas, yakin dan lantang, setelah sebelumnya Anda menyampaikan pengantar. Untuk rasa grogi di lingkungan kerja baru, sediakan air putih di meja Anda sehingga bisa membantu menenangkan diri.

Senyum. Adalah hal paling sederhana dan natural yang dapat mengalirkan sensasi positif ke seluruh tubuh Anda, selain juga untuk lingkungan. Cairkan ketegangan dengan senyum setulus Anda bisa, untuk mengawali wawancara kerja, menemui bos baru atau klien potensial.

Teknik visualisasi. Teknik ini berguna untuk banyak seting, termasuk dalam sesi latihan para atlet. Jika Anda akan melakukan presentasi, bayangkan proses presentasi, mulai dari mengenalkan diri, berinteraksi dengan audiens, ekspresi wajah audiens, tempat presentasi, hingga reaksi yang akan muncul. Terus latih teknik ini hingga bayangan itu benar-benar tervisualisasikan dalam benak Anda. Penguasaan secara mental pada tahap awal ini akan membantu Anda untuk menenangkan dan meningkatkan kepercayaan diri. Teknik ini dapat juga untuk wawancara kerja, memasuki hari pertama di kantor baru, dan lainnya. Kalau terjadi reaksi di luar bayangan Anda, setidaknya Anda telah membekali diri dengan keyakinan diri yang cukup, karena itu, perkuat dengan informasi yang memadai dan tepat.

Pijatan ringan. Coba tekan dan beri pijatan ringan pada kening Anda. Teknik relaksasi kecil ini berfungsi membawa energy dari otak depan dan pusat bicara di otak.

Beri jeda, kontak mata, dan senyum. Sejenak sebelum Anda berbicara atau presentasi, tarik nafas dalam, lakukan kontak mata dan tersenyumlah. Tahap awal ini sangat membantu tubuh untuk tenang dan memberi diri waktu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan, baik bertemu pewawancara, atasan atau audiens presentasi. Untuk presentasi dengan audiens banyak (lebih dari 10 orang), cobalah untuk melakukan kontak mata dengan satu hingga dua audiens terdepan. Hal ini secara tidak langsung mempersempit lingkup interaksi secara imaginer, artinya, Anda membawa diri serasa melakukan dialog hanya dengan beberapa orang. Perasaan ini membantu kita mengatasi rasa nervous karena menjadi pusat perhatian berpuluh orang atau lebih. Lakukan hal yang sama ketika akan menjawab pertanyaan dari audiens yang mungkin berjarak lebih jauh dari Anda. Selamat mencoba 🙂

Sumber: http://www.mindtools.com/pages/article/PresentationNerves.htm

Tyas
Tyas
Career Coach & HR Consultant - "Mind is Magic"
RELATED ARTICLES

4 COMMENTS

  1. saya seorang karyawan/staff marketing (belajar), tetapi saya paling gugup / gerogi bila berkomunikasi kepada lawan bicara (client) disaat berbicara melalui telepon, maupun email sekalipun,, bagaimana cara saya menangani rasa gerogi / gugup seperti yang saya derita,.?!

    terima kasih

  2. Dear Sdr.Febri

    Secara umum, grogi bisa timbul manakala Anda tidak siap, tidak yakin atau tidak biasa berinteraksi dengan orang lain. Dalam hal ini sepertinya Anda belum meyakini dengan aktivitas marketing atau produk yang akan Anda tawarkan ke klien, sehingga bahkan tanpa bertatap muka atau melalui e-mail pun perasaan grogi itu datang. Apakah benar dugaan ini? Tentu Anda sendiri yang dapat menjawabnya.

    Cermatilah marketing senior, mereka yang mampu tampil menarik/memukau biasanya telah meyakini produk yang akan ditawarkan atau aktivitas marketing itu sendiri, tidak hanya karena senang bertemu orang lain. Mereka juga tidak merasa ‘bersalah’ melakukan transaksi dalam berinteraksi. Yang dimaksud dengan rasa bersalah ini, untuk sebagian orang, mereka akan merasa tidak enak ketika menghubungi orang lain dan meminta waktu mereka untuk mendengarkan penawaran selanjutnya ‘merayu’ untuk membeli produk. Bagi mereka yang telah yakin, proses ini justru dipandang membantu orang lain, yakni memenuhi kebutuhan orang lain 🙂 Untuk itu, negosiasi biasanya mengallir seperti perbincangan ringan sehari-hari.

    Demikian Sdr. Febri, semoga dapat bermanfaat, terima kasih.

    Salam,
    Tim Konsultankarir.com

  3. Saya selalu nervous ketika bicara atau memberikan presentasi ke khalayak ramai. Saya tidak tahu mengapa tiba-tiba saja keringat bercucuran dan seluruh badan gemetar wlaupun sudah dipaksa untuk tidak gemetar. Kira-kira apa yang saya lakukan untuk menguranginya?

    Terima kasih

  4. Dear Sdr.Paul,

    Sudahkah mencoba tips dalam artikel?

    Secara tidak sadar, sebetulnya kita tidak ingin tampil ‘tidak memuaskan’, ‘tidak baik’, atau hal-hal negatif lain. Cobalah amati diri sendiri, apakah hal itu juga terjadi ketika sedang bercerita saat hang out dengan teman-teman? Mungkin ini terdengar sepele dan jauh, tetapi, jika ternyata kita begitu lancar menjelaskan satu hal atau mengemukakan pandangan ke beberapa orang teman (misal mengomentari/menganalisis satu kasus politik yang sedang terjadi), maka hal itu menunjukkan pentingnya penguasaan materi.

    Poin lainnya adalah audiens, yakni teman yang telah kita kenal, bahkan kita bisa memprediksi reaksi/respon mereka, atau beberapa dari mereka, seperti “Romi akan tertawa sinis dan mengganti dengan isu pizza” atau “Fira yang akan mendengarkan dengan serius” dan sebagainya. Sementara, ketika melakukan presentasi ke audiens ‘asing’ seperti meeting formal, kecemasan akan menguat karena kita sulit memprediksi respon mereka dan bagaimana nanti menanggapinya.

    Poin selanjutnya, adalah tujuan presentasi itu sendiri. Apakah merupakan bagian dari asessement, negosiasi ke klien, pengajuan program kerja, atau diskusi rencana kerja ke depan. Setiap tujuan membutuhkan penekanan sendiri, untuk itu, pelajari dan fokuslah. Jika tujuan presentasi untuk seleksi kerja, perhatikan job desc yang Anda lamar, dan cermati kompetensi yang potensial akan digali dalam proses presentasi. Jika merupakan negosiasi klien, fokuslah pada ‘personality’ / karakter klien serta kebutuhannya saat itu.

    Demikian saran dari kami, semoga dapat bermanfaat 🙂

    Salam,
    Tim Konsultankarir.com

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments

konsultankarir on Pilihan, Memilih or Stuck
konsultankarir on Bingung S2
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Memilih Jurusan S2 yang Tepat
konsultankarir on Gagal tes psikotest
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Sulit mendapatkan pekerjaan
konsultankarir on Wawancara dan Psikotest
konsultankarir on Kuis:Career Engager
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Selalu Gagal dalam Interview
konsultankarir on Interview Magic
konsultankarir on Pindah Tempat Kerja
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Psikotes Menggambar
konsultankarir on Memilih Jurusan S2 yang Tepat
konsultankarir on Memilih Jurusan S2 yang Tepat
konsultankarir on Bingung S2
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
Angelina Tria Puspita Rini on Memilih Jurusan S2?!
Lisa on Bingung S2
Fiviiya on Psikotes Menggambar
Wendi Dinapis on Memilih Jurusan S2?!
hasenzah on Memilih Jurusan S2?!
yulida hikmah harahap on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
Galuh Rekyan Andini on Memilih Jurusan S2?!
burhanuddin on Memilih Jurusan S2?!
Dian Camellyna on Kuis:Career Engager
ABDUL RAHMAN on Wawancara dan Psikotest
Melva Ronauli Pasaribu on S1 Teknik Informatika S2 Bagusnya Apa?
Faradillah Rachmadani M.Nur on Memilih Jurusan S2?!
Taufik Halim on Memulai Bisnis Fotografi
Edo on Bingung S2
konsultankarir on Profesi yang sesuai
konsultankarir on Bingung S2
yaya on Bingung S2
konsultankarir on Memilih karir
dewi on Pindah kerja
konsultankarir on Memilih Jurusan S2 yang Tepat
dewi on Pindah kerja
Tyas on ILKOM atau MTI
hary on ILKOM atau MTI
Kiki Widia Martha on Buku ‘My Passion, My Career’
jalil abdul aziz on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
Nono Suharnowo on Bagaimana agar produktif?
syukri on Jujur atau tidak?
Nida shofiya on Bingung pilih fakultas
abdul madjid on Gagal tes psikotest
abdul madjid on Gagal tes psikotest
Aris on Tujuan karir
NURANI on Tujuan karir
dede on Tujuan karir
Rika on Tujuan karir
Djoko triyono on Sulit mendapat pekerjaan
marco on E-mailku unik!
Efik on Memilih karir
noer hasanah on Berminat ke NGO Asing
ilah susilawati on Status dan jenjang karir
yusi bayu dwihayati on Berpindah Karir di Usia 32
dino eko supriyanto on Menyiapkan Business Plan
Gunawan Ardiyanto on 10 Biang Bangkrut UKM
Nahdu on Table Manner
krisnadi on 10 Biang Bangkrut UKM
rani on Table Manner
yuda_dhe on Table Manner
Putrawangsa on Memilih Jurusan S2?!
aira on Time Management
Emi Sugiarti on Sudahkah Anda Peduli?
fitria on Table Manner
Ardiningtiyas on Menuju 'Incompetency Level'
Sri Ratna Hadi on Dari Penjahit ke Penulis
monang halomoan on Program SDM tahunan
merlyn on Ayo, Kreatif!
Silvester Balubun on Table Manner
Avatara on Istimewanya Rasberi
vaniawinona on Table Manner
defianus on Tips Negoasiasi Gaji
Dewi Sulistiono on Meniti Sebatang Bambu
Rena on Tersadar…
Dendi on Ayo, Kreatif!
Denni on Menemukan Mentor