Thursday, March 28, 2024
HomeBlogConsultant CornerMemikirkan kematian

Memikirkan kematian

Ini pertama kali saya menulis lagi setelah sekian tahun vakum dari dunia tulis menulis karena fokus menyelesaikan studi. Studi yang juga hampir ?mati’ karena terlalu banyak hal yang saya lakukan dalam satu masa hidup saya. Jika tidak karena orang-orang dekat yang terus mengingatkan dan para mentor yang membimbing dengan penuh kepedulian, mungkin saya tidak akan pernah menuliskan ini. Bobot terbesar keberhasilan saya menyelesaikan studi adalah dukungan dari orang-orang di sekitar saya, selebihnya adalah perubahan internal yang saya alami.

Mengapa tema ini yang saya pilih untuk tulisan pertama saya? Bukan karena saya ‘ngeri’ atau ‘siap mati’, tetapi memikirkan kematian membuat saya menjadi lebih sadar untuk apa saya hidup. Dan mungkin berbagi kisah ini dapat mengilhami pembaca yang sekarang mengalami apa yang pernah saya alami.

Ada satu masa di tahun terakhir penyelesaian studi (mendekati DO :D), saya mengalami kebuntuan luar biasa dan kehilangan gairah hidup. Saya mengalami kelelahan lahir batin dan tidak tahu harus berbuat apa. Sungguh ini diluar prediksi. Di saat seharusnya berlari, saya malah mandeg. Namun, saya bersyukur bahwa saya memiliki keyakinan bahwa Tuhan itu baik.

Di saat saya kehilangan gairah menulis untuk menyelesaikan studi, saya justru intens ‘berdialog’ dengan Tuhan. Saya meyakini Tuhan selalu menjawab pertanyaan hambaNya, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dan berhubung pengetahuan agama dan ibadah saya juga masih bolong-bolong, Tuhan pastinya senang diajak berdialog… :D.

Singkat cerita, setiap kali sehabis membaca bukunya, dan setiap kali berdoa, yang terlintas selalu kematian. Saya tak pernah berpikir akan DO dari studi saya, tetapi yang kemudian saya pikirkan justru bagaimana kalau saya DO dari hidup saya sendiri. Tidak kebayang jika saya harus DO di kelas paling tinggi dalam hidup, yakni hidup itu sendiri.

Bagaimana agar saya tidak DO dari hidup saya? Saya analogikan dengan sekolah, untuk tidak DO dari sekolah, maka saya harus menguasai materi (mata ajaran) yang diujikan dalam studi tersebut. Apa mata ajaran hidup? Bagi saya, pertanyaan ini terlalu luas cakupannya dan tidak mudah didefinisikan. Maka, saya balik pertanyaannya, apa lawan hidup? Mati. Ya, kematian. Mengapa saya tidak mulai dari memikirkan kematian saya? Kematian itu spesifik, hanya terjadi sekali saja. Sementara, hidup selalu memberikan kesempatan pada saya untuk dapat ‘hidup’ berkali-kali….

Dan satu hal yang menarik dari memikirkan kematian diri sendiri adalah membuat saya ingin melakukan hal-hal baik dalam hidup, termasuk menyelesaikan apa yang telah saya mulai, dan memulai apa yang ingin saya tinggalkan di dunia ini.

Mungkin memikirkan kematian akan berdampak berbeda pada setiap orang dan merupakan pengalaman yang bersifat subyektif, tetapi menurut riset ilmiah (Vail, dkk., 2012) dalam Personality and Social Psychology Review mengungkapkan bahwa kesadaran akan kematian dapat meningkatkan kesehatan fisik dan membantu kita menyusun ulang prioritas atas tujuan dan nilai-nilai kita. Bahkan saat kita berjalan di dekat pekuburan, — secara tidak sadar memikirkan kematian — dapat membangkitkan perubahan positif dan tindakan menolong orang lain (Gailliot, dkk., 2008) dalam Personality and Social Psychology Bulletin.

Saya sendiri merasa bahwa memikirkan kematian diri sendiri membuat saya akhirnya mampu fokus untuk menyelesaikan studi dan berupaya melakukan yang terbaik untuk segala hal. Mungkin belum cukup baik untuk hal-hal besar, namun setidaknya saya mengerti tentang satu hal yang dapat mengarahkan hidup saya.

Pidato Steve Job di Stanford University yang fenomenal itu mengingatkan saya bahwa memikirkan kematian diri sendiri juga merupakan motivasi yang ampuh untuk membuat keputusan-keputusan besar dalam hidup.

“Remembering that I’ll be dead soon is the most important tool I’ve ever encountered to help me make the big choices in life.” (Steve Job)

Mungkin ini saatnya Anda memikirkan kematian diri sendiri dari sudut yang lebih positif…. 🙂

Previous article
Next article
andin
andinhttp://
Career coach, Writer, Researcher. "be happy, be simple..."
RELATED ARTICLES

2 COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments

konsultankarir on Pilihan, Memilih or Stuck
konsultankarir on Bingung S2
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Memilih Jurusan S2 yang Tepat
konsultankarir on Gagal tes psikotest
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Sulit mendapatkan pekerjaan
konsultankarir on Wawancara dan Psikotest
konsultankarir on Kuis:Career Engager
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Selalu Gagal dalam Interview
konsultankarir on Interview Magic
konsultankarir on Pindah Tempat Kerja
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Psikotes Menggambar
konsultankarir on Memilih Jurusan S2 yang Tepat
konsultankarir on Memilih Jurusan S2 yang Tepat
konsultankarir on Bingung S2
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
Angelina Tria Puspita Rini on Memilih Jurusan S2?!
Lisa on Bingung S2
Fiviiya on Psikotes Menggambar
Wendi Dinapis on Memilih Jurusan S2?!
hasenzah on Memilih Jurusan S2?!
yulida hikmah harahap on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
Galuh Rekyan Andini on Memilih Jurusan S2?!
burhanuddin on Memilih Jurusan S2?!
Dian Camellyna on Kuis:Career Engager
ABDUL RAHMAN on Wawancara dan Psikotest
Melva Ronauli Pasaribu on S1 Teknik Informatika S2 Bagusnya Apa?
Faradillah Rachmadani M.Nur on Memilih Jurusan S2?!
Taufik Halim on Memulai Bisnis Fotografi
Edo on Bingung S2
konsultankarir on Profesi yang sesuai
konsultankarir on Bingung S2
yaya on Bingung S2
konsultankarir on Memilih karir
dewi on Pindah kerja
konsultankarir on Memilih Jurusan S2 yang Tepat
dewi on Pindah kerja
Tyas on ILKOM atau MTI
hary on ILKOM atau MTI
Kiki Widia Martha on Buku ‘My Passion, My Career’
jalil abdul aziz on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
Nono Suharnowo on Bagaimana agar produktif?
syukri on Jujur atau tidak?
Nida shofiya on Bingung pilih fakultas
abdul madjid on Gagal tes psikotest
abdul madjid on Gagal tes psikotest
Aris on Tujuan karir
NURANI on Tujuan karir
dede on Tujuan karir
Rika on Tujuan karir
Djoko triyono on Sulit mendapat pekerjaan
marco on E-mailku unik!
Efik on Memilih karir
noer hasanah on Berminat ke NGO Asing
ilah susilawati on Status dan jenjang karir
yusi bayu dwihayati on Berpindah Karir di Usia 32
dino eko supriyanto on Menyiapkan Business Plan
Gunawan Ardiyanto on 10 Biang Bangkrut UKM
Nahdu on Table Manner
krisnadi on 10 Biang Bangkrut UKM
rani on Table Manner
yuda_dhe on Table Manner
Putrawangsa on Memilih Jurusan S2?!
aira on Time Management
Emi Sugiarti on Sudahkah Anda Peduli?
fitria on Table Manner
Ardiningtiyas on Menuju 'Incompetency Level'
Sri Ratna Hadi on Dari Penjahit ke Penulis
monang halomoan on Program SDM tahunan
merlyn on Ayo, Kreatif!
Silvester Balubun on Table Manner
Avatara on Istimewanya Rasberi
vaniawinona on Table Manner
defianus on Tips Negoasiasi Gaji
Dewi Sulistiono on Meniti Sebatang Bambu
Rena on Tersadar…
Dendi on Ayo, Kreatif!
Denni on Menemukan Mentor