Saturday, April 20, 2024
HomeSaya dan KarirJabat Tangan

Jabat Tangan

Hellen Keller, penulis dunia ini mungkin tidak bisa mengenali warna dasi atau lengkungan bibir seseorang yang membentuk senyum hangat. Namun tidak berarti ia tidak mampu merasakan hangatnya sapa dan senyum seseorang, melalui jabat tangan, ?I can feel the twinkle of his eye in his handshake.?

Sehebat itukah jabat tangan? Tidak sekedar pembuka atau penutup pertemuan tetapi juga semacam penghantar halus diri seseorang. Jika Hellen Keller mampu merasakan binar mata seseorang, apakah berarti ia pun merasakan kerutan tak menyenangkan di wajah seseorang, kecemasan, keraguan juga dominasi atas orang lain? Berikut adalah tipe jabat tangan yang mungkin pernah Anda temui atau milik Anda.

The Vise Grip Handshake. Jabat tangan ini menunjukkan kepercayaan diri dan egaliter kedua pihak. Secara teknis, tipe ini dilakukan oleh dua orang yang saling berhadapan, di mana masing-masing telapak tangan saling bertautan dengan sempurna dan hangat. Telapak tangan Anda dan lawan saling menggenggam sehingga ujung semua jemari dan ibu jari ada di sisi luar telapak lawan. Inilah jabat tangan idaman semua orang.

The Cold Fish Handshake. Jabat tangan jenis ini yang sering mencemaskan, meski seringkali tidak disadari oleh pelaku karena telah menjadi kebiasaan. Mengapa disebut ikan beku, karena telapak tangan kita seolah menerima seekor ikan yang tergeletak begitu saja. Ketika berjabatan, telapak tangan tidak saling bertaut melainkan salah satunya menggantung dan membuat lawan seakan mendapatkan paket ikan mati yang akan terjatuh jika tidak segera digenggam.

The Bone Crusher. Jabat tangan ini juga tidak kalah mengerikan. Seseorang dengan kepercayaan diri berlebih dan ingin mendominasi. Biasanya di awal gerakan dan posisi telapak tangan mirip dengan jenis The Vise Grip Handshake namun ia akan meremas dengan kuat seperti alat pemecah kenari. Sayangnya, karena jabat tangan merupakan kebiasaan, seringkali ia tidak menyadarinya. Jika Anda sedang berjabat tangan dan lawan Anda mengernyit kesakitan, segera lepaskan dan meminta maaf. Tidak ada salahnya berlatih dengan teman untuk memastikan kita tidak menjadi si ?penghancur tulang? saat berjabat tangan.

The Water Pump. Jika biasanya gerakan mengayunkan telapak tangan saat berjabat tangan berlangsung 2-3 kali, tipe ini bisa lebih dari 5 kali yakni 7-10 kali, tentu tanpa menyadari atau sengaja. Anda atau lawan Anda akan dengan cepat mengayunkan telapak tangan yang bertaut dan saling mengucap salam atau sapaan sederhana. Amati lawan Anda apakah mulai muncul pandangan heran dan senyum canggung, bisa jadi Anda menjadi ?pompa air?.

The Socket Wrench. Jabat tangan ini mirip dengan tipe pompa air, namun dengan arah berbeda yakni ke depan belakang. Telapak tangan Anda akan ditarik ke ?wilayah? lawan kemudian kembali ke ?wiayah? Anda. Seseorang dengan tipe jabat tangan ini memainkan dominasi atau kekuasaan secara psikologis untuk menciptakan keseimbangan. Tentu bukan jenis jabat tangan favorit karena bisa menjadi kejutan yang tidak enak.

The Finger Grab. Jabat tangan ini bisa terjadi secara tidak sengaja ketika seseorang tiba-tiba menjabat tangan Anda tanpa terjadi pertautan yang sempurna. Bukan hanya telapak, melainkan semua jari Anda seperti terperangkap dalam satu genggaman dan ayunan. Sekali lagi, ini juga bukan jabat tangan yang menarik atau nyaman.

Pertanyaan selanjutnya, bagaimana kita mengenali jenis jabat tangan kita? Mengapa selama ini tidak ada yang memberitahu kalau jabat tangan kita seperti ikan beku/mati, atau pompa air, atau bahkan peremuk tulang? Secara formal, kita biasanya baru mulai memikirkan tentang jabat tangan ketika mulai memasuki dunia kerja, tepatnya mendapat panggilan interview. Karena itu, cobalah untuk berlatih dengan teman untuk mengetahui tipe jabat tangan kita. Apakah membuat tidak nyaman, atau tidak. Tips lain, saat berjabat tangan, jangan lupa untuk tetap melakukan kontak mata dan menyebutkan nama jelas atau menyapa dengan percaya diri namun tidak berlebihan.

Jabat tangan juga tidak mengenal gender, siapapun dapat memulai terlebih dahulu. Meski dalam perkembangannya di Indonesia, ada sebagian masyarakat yang berpandangan berbeda seperti tidak melakukan jabat tangan antar lawan jenis. Hal ini dapat dikenali dari jenis pertemuan yang kita hadiri karena biasanya sedikit banyak akan menggambarkan pula pihak yang hadir.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah usia. Kita perlu memperlakukan mereka yang berusia lanjut dengan lebih lembut, perhatian atau singkatnya lebih sensitive. Hal ini terlepas dari pangkat atau jabatan yang biasanya juga lebih tinggi. Tidak sepantasnya jika mereka mendapatkan jabat tangan ala ?dominan? yang kaku dank keras. Ada kalanya mereka akan menyambut jabat tangan kita dengan dua telapak tangan di mana telapak tangan lain mungkin akan menepuk-nepuk, seperti seorang kakek ke cucu. Hal ini wajar saja, namun kita perlu lebih bijak jika akan menirunya karena tidak terlalu lazim dan formal.

Jabat tangan lain yang mungkin lebih sering ditemui di kalangan eksekutif muda yang telah akrab adalah menabrakkan dua telapak tangan. Tabrakan ini biasanya akan dibarengi dengan tawa lebar dan sapaan akrab, mungkin juga pelukan dan tepukan bahu. Atau kedua telapak tangan seperti saling menggenggam dengan posisi agak vertikal yang menunjukkan antusiasme dan semangat untuk memulai pekerjaan. Tipe ini jelas tidak berlaku untuk pertemuan formal dengan calon klien atau kolega, meski Anda dalam dunia kreatif misalnya.

Untuk para pecinta pernak-pernik (perempuan maupun laki-laki), hati-hati dengan cincin yang besar di jemari kanan. Walaupun terlihat sepele, namun model besar yang unik atau etnik dapat ?berbahaya? ketika berjabat tangan. Mungkin bukan si pemakai yang memiliki tipe jabat tangan ala pemecah tulang, namun jika bertemu dengan tipe ini, jemari Anda bisa sakit karena tekanan lingkaran cincin itu sendiri.

Semoga bermanfaat 🙂

Sumber:

Wesleycox (2011) Handshake etiquette. http://hubpages.com/hub/handshake-etiquette. Diunduh 10 Juni 2011

Luccioni,L.M. (2007) Got handshake? The silent communicator. http://www.psychologytoday.com/blog/the-image-professor/200912/got-handshake-the-silent-communicator. Diunduh 10 Juni 2011.

Tyas
Tyas
Career Coach & HR Consultant - "Mind is Magic"
RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments

konsultankarir on Pilihan, Memilih or Stuck
konsultankarir on Bingung S2
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Memilih Jurusan S2 yang Tepat
konsultankarir on Gagal tes psikotest
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Sulit mendapatkan pekerjaan
konsultankarir on Wawancara dan Psikotest
konsultankarir on Kuis:Career Engager
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Selalu Gagal dalam Interview
konsultankarir on Interview Magic
konsultankarir on Pindah Tempat Kerja
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Psikotes Menggambar
konsultankarir on Memilih Jurusan S2 yang Tepat
konsultankarir on Memilih Jurusan S2 yang Tepat
konsultankarir on Bingung S2
konsultankarir on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
konsultankarir on Memilih Jurusan S2?!
Angelina Tria Puspita Rini on Memilih Jurusan S2?!
Lisa on Bingung S2
Fiviiya on Psikotes Menggambar
Wendi Dinapis on Memilih Jurusan S2?!
hasenzah on Memilih Jurusan S2?!
yulida hikmah harahap on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
Galuh Rekyan Andini on Memilih Jurusan S2?!
burhanuddin on Memilih Jurusan S2?!
Dian Camellyna on Kuis:Career Engager
ABDUL RAHMAN on Wawancara dan Psikotest
Melva Ronauli Pasaribu on S1 Teknik Informatika S2 Bagusnya Apa?
Faradillah Rachmadani M.Nur on Memilih Jurusan S2?!
Taufik Halim on Memulai Bisnis Fotografi
Edo on Bingung S2
konsultankarir on Profesi yang sesuai
konsultankarir on Bingung S2
yaya on Bingung S2
konsultankarir on Memilih karir
dewi on Pindah kerja
konsultankarir on Memilih Jurusan S2 yang Tepat
dewi on Pindah kerja
Tyas on ILKOM atau MTI
hary on ILKOM atau MTI
Kiki Widia Martha on Buku ‘My Passion, My Career’
jalil abdul aziz on Karir Untuk Lulusan Sosiologi
Nono Suharnowo on Bagaimana agar produktif?
syukri on Jujur atau tidak?
Nida shofiya on Bingung pilih fakultas
abdul madjid on Gagal tes psikotest
abdul madjid on Gagal tes psikotest
Aris on Tujuan karir
NURANI on Tujuan karir
dede on Tujuan karir
Rika on Tujuan karir
Djoko triyono on Sulit mendapat pekerjaan
marco on E-mailku unik!
Efik on Memilih karir
noer hasanah on Berminat ke NGO Asing
ilah susilawati on Status dan jenjang karir
yusi bayu dwihayati on Berpindah Karir di Usia 32
dino eko supriyanto on Menyiapkan Business Plan
Gunawan Ardiyanto on 10 Biang Bangkrut UKM
Nahdu on Table Manner
krisnadi on 10 Biang Bangkrut UKM
rani on Table Manner
yuda_dhe on Table Manner
Putrawangsa on Memilih Jurusan S2?!
aira on Time Management
Emi Sugiarti on Sudahkah Anda Peduli?
fitria on Table Manner
Ardiningtiyas on Menuju 'Incompetency Level'
Sri Ratna Hadi on Dari Penjahit ke Penulis
monang halomoan on Program SDM tahunan
merlyn on Ayo, Kreatif!
Silvester Balubun on Table Manner
Avatara on Istimewanya Rasberi
vaniawinona on Table Manner
defianus on Tips Negoasiasi Gaji
Dewi Sulistiono on Meniti Sebatang Bambu
Rena on Tersadar…
Dendi on Ayo, Kreatif!
Denni on Menemukan Mentor