Ketika Konseptor menjadi Praktisi
Apakah Anda seorang yang senang menyusun rencana kerja? Melukis kotak-kotak kecil warna-warni, menata satu demi satu agenda, memastikan semuanya berada di tempat yang benar. Bak seorang komposer menempatkan satu demi satu not di tangga nada, mengalunkan lagu di relung imaginya. Setelah agenda itu rapi, senyum pun tersungging lega karena mapping telah berhasil. Pelaksanaanya? .. Hehehe…. sel-sel kelabu Anda justru menyodorkan pernak-pernik lain untuk segera dirumuskan dan ditata dalam kotak-kotak lain….
Jika Anda salah seorang yang menikmati proses kerja di atas, tak ragu lagi, Anda memiliki kecenderungan masuk dalam kategori investigative dalam tipe Holland (lihat menu minat karir). Tipe ini berdekatan pula dengan artistik.
Rutinitas dan kemapanan seperti yang didengungkan orang kebanyakan adalah ranjau yang Anda hindari…. seraaaaaaam! Anda menikmati ruang putih untuk berloncatan, berdendang hingga melayang bebas. Anda selalu tergoda menata, lebih tepatnya merangkai ketidakteraturan menjadi keteraturan dalam versi Anda tentunya. Kebebasan berpikir dan berimaginasi menjadi kekuatan Anda!
Bagaimana jika Anda disodori kerapian dan kecil toleransi untuk diubah? Anggaplah… pilihan yang ada adalah take it or leave it… Masalahnya, karena kecenderungan Anda yang kurang peduli dengan keteraturan, kejutan ini benar-benar mengejutkan. Anda telah menandatangai kontrak satu tahun! Mundur? Karir Anda serasa di ujung tanduk… pilihan yang menantang untuk dijalani sekaligus untuk ditinggalkan.
Lalu bagaimana? Jangan lupa, Anda adalah seorang pemikir alias konseptor yang boleh dikatakan ulung. Mungkin karena terlampau canggih, bahkan sebagian besar teman hanya akan mengangkat alis dan mengerutkan kening mendengar presentasi Anda. Satu komentar adalah ?Dasar teoritis…!?….
Selalu ada celah untuk nafas kehidupan.
Berikut tahapan yang akan Anda lalui:
(a) merasa kesal dengan ?kekakuan? yang ?dipaksakan? seolah meniadakan kreativitas dan keunikan manusia, contohnya Anda;
(b) berpikir untuk segera menyudahi kerjasama yang baru dimulai… Anda paling ahli dalam hal ini, imagi menjadi jet coaster melompati ruang dan waktu;
(c) … akhirnya, menjalani sambil mengutuki dalam hati, demi profesionalitas, rona wajah tetap bersinar semangat;
(d) memberikan setengah hati, semakin terasa ?not me?..;
(e) sel kelabu mulai bergeliat menjadi diri sendiri dengan gerigi otak mulai berderak, melirik untuk mengenali medan sesungguhnya dan menyusun pilihan strategi…
Sahabat pun dipaksa untuk menjadi si bijak yang selalu siap menghadirkan tawa kecil, senyum penuh pengertian dan tepukan bahu menenangkan. Anda dan dia tahu pasti bahwa nasehat pada saat itu bukanlah rangkaian kata melainkan pelukan hangat bermakna ?You are not alone..?, “You can do it”…
Yang Anda lakukan setelah serangan panik adalah…
(a) mengumpulkan informasi selengkap mungkin, menjawab setiap kekesalan hati dan pikiran;
(b) menelusur peta yang begitu saja tersaji, kali ini benar-benar mencurahkan perhatian dengan hati lebih datar…
Anda pun akan melihat ruang yang tidak sesempit sebelumnya. Ternyata dibutuhkan beberapa titik penegas untuk peta itu lebih jelas terbaca dan menjadi teman perjalanan. Anda pun kembali bersemangat merancang semuanya. Termasuk alur logika argumentasi yang siap Anda komunikasikan dengan orang lain.
Aha…! Anda kembali menjadi si konseptor… pemikir yang berkelana menjelajahi segala kemungkinan.
Kita, manusia, tidak hanya makhluk rasional melainkan juga emosional. Emosi mempunyai hak untuk tampil dan ?meraja? sesekali. Menerimanya akan membuat kita semakin mengenal dan membawanya kembali ?normal? untuk bersama hidup dengan rasionalitas diri. Menjaga tetap menjadi manusia, yang mampu berucap terima kasih penuh hangat pada sahabat, bukan mesin.
There are 2 comments .